Sederet Mitos yang Dipercaya Pada Malam Satu Suro Bulan Muharram, Lengkap dengan Sejarahnya

Sejarah dan asal-usul malam 1 Suro tidak lepas dari kalender Jawa dan kalender Hijriyah yang saling berhubungan.

Editor: Siti Nawiroh
Intisari Online
Ilustrasi Malam satu Suro. Sejarah dan asal-usul malam 1 Suro tidak lepas dari kalender Jawa dan kalender Hijriyah yang saling berhubungan. 

Tanggal 10 bulan Muharram bagi masyarakat Islam memiliki arti yang sangat penting.

Memang dasar-dasarnya tidak begitu sahih atau kuat, namun itu telah menjadi tradisi bagi masyarakat muslim.

Karena pentingnya tanggal itu, oleh masyarakat Islam Indonesia, Jawa utamanya, tanggal itu akhirnya menjadi lebih terkenal dibanding nama bulan Muharram itu sendiri.

Yang lebih populer adalah Asyura, dan dalam lidah Jawa menjadi "Suro".

Jadilah kata "Suro" sebagai khazanah Islam-Jawa asli sebagai nama bulan pertama kalender Islam maupun Jawa.

Dalam pandangan masyarakat Kejawen, mereka cenderung menghindari melakukan perayaan seperti hajatan pernikahan pada bulan Muharram.

Hal ini karena masyarakat Islam-Jawa memiliki anggapan, bulan Suro atau Muharram merupakan bulan yang paling agung dan termulia, sebagai bulan (milik) Gusti Allah.

Karena terlalu mulianya bulan Suro ini, maka dipercayai manusia "tidak kuat" atau "terlalu lemah" untuk menyelenggarakan hajatan pada bulan Allah itu.

Berbagai mitos malam 1 Suro

Identik dengan hal mistis dan sakral, malam 1 Suro kerap dijadikan waktu melaksanakan ritual.

Satu di antaranya, Kesultanan Yogyakarta, Kasunanan Surakarta, dan Kasepuhan Cirebon yang rutin mengadakan ritual pada malam 1 Suro.

Ritual yang dilakukan dapat berupa masyarakat mengelilingi keraton dalam diam, memandikan benda pusaka, mandi kembang, dan mengarak kerbau bule.

Ritual yang dilakukan dipercaya membawa berkah.

Namun di sisi lain, berbagai mitos malam 1 Suro dipercaya bisa mendatangkan kesialan bagi orang-orang yang melanggar pantangan.

Berikut beberapa mitos yang dipercaya untuk tidak dilakukan saat malam 1 Suro:

1. Tapa bisu atau tak boleh berbicara

Halaman
123
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved