DPO Kasus Vina Cirebon Ditangkap

Selain Susno Duadji, Reza Indragiri Ucap Mustahil Perkosaan & Pembunuhan di Kasus Vina cuma 12 Menit

Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri sampai berucap mustahil ketika disinggung soal mengenai pemerkosaan dan pembunuhan di kasus Vina.

TRIBUNJAKARTA.COM - Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri sampai berucap mustahil ketika disinggung soal mengenai pemerkosaan dan pembunuhan di kasus Vina terjadi dalam waktu 12 menit.

Padahal, eks Kabareskrim Komjen Pol (Purn) Susno Duadji sudah jauh lebih dulu menyebut hal tersebut 'tak masuk akal'.

Pasalnya dua sahabat almarhum Vina, Mega Lestari dan Widia Sari mengungkap keterangan yang mematahkan kronologi tewasnya Vina versi berita acara pemeriksaan (BAP) yang dilakukan polisi.

Mega dan Widia mengungkap chat terakhirnya dengan Vina pada malam maut 27 Agustus 2016 silam.

Hadir sebagai narasumber di YouTube Diskursus Net, Widia dan Mega bercerita tentang detik-detik Vina dan Eky ditemukan tewas.

Dua wanita asal Cirebon itu rupanya adalah orang terakhir yang berkomunikasi dengan Vina.

Sebab di tanggal 27 Agustus 2016 itu, Mega dan Widia sempat menjemput Vina di rumahnya di Desa Samadikun, Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon, Jawa Barat.

"Sabtu jam 12.30 kurang, si Mega ada di rumah saya karena menginap. Vina menghubungi saya lewat BBM 'jemput sih'," kata Widi.

Setelah diminta menjemput, Widia dan Mega akhirnya menjemput Vina dan kembali ke rumah Widi sekira pukul 14.15.

Selanjutnya pada pukul 15.30 Wib, Mega mengantar Vina ke kontrakan kakaknya, Marliyana.

lihat fotoPengacara Toni RM Minta Rudiana Tak Usah Sumpah Pocong, Cukup Rasakan Bagaimana Dipenjara Jika Terpidana Kasus Vina Tak Bersalah
Pengacara Toni RM Minta Rudiana Tak Usah Sumpah Pocong, Cukup Rasakan Bagaimana Dipenjara Jika Terpidana Kasus Vina Tak Bersalah

Hal tersebut dilakukan Mega karena Vina memaksa minta diantar ke kontrakan kakaknya.

Sekira jam 17.00 Wib, Mega yang hendak kembali ke rumah Widia bersama Vina pun mendadak berhenti di pinggir jalan.

Saat itu motor Mega dicegat oleh Eky yang memberikan kode agar Vina mau mengobrol dengannya.

"Sampai By Pass Vina nepuk aku, 'mak berhenti, itu ada Eky'. Di sekitaran Mie Gacoan sekarang mah, dipalang sama Eky. (Vina) turun. Mereka ngobrol agak lama, mereka debat," pungkas Mega.

Setelah itu, Vina memutuskan untuk pergi ke rumah Widia bersama Eky, sementara Mega kembali ke rumah Widia seorang diri.

Singkat cerita, Vina pun minta izin ke Widia untuk pergi bersama Eky.

Saat itu Widia berpesan agar Vina kembali ke rumah Widi paling malam pukul 22.00 WIB.

Sekitar pukul 22.00 WIB, Vina mengirim pesan singkat kepada Widia mengajak sahabatnya tersebut untuk bermain.

Lalu sekitar pukul 22.05 WIB dan 22.15 WIB, Vina menelepon Widia.

Kala itu, Widia mengaku mendengar suara Vina tertawa.

"22.00 almarhum Vina SMS (tanya Widi) 'Kamu di mana, mau ikut main gak?'. Saya SMS 'enggak ah kamu aja, nanti saya dimarahin papa saya'. Lima menit kemudian Vina telepon, dia lagi di (antara) gerombolan ketawa haha gitu bilang lagi di Sumber," ungkap Widi.

"22.15 - 22.18 an (terakhir teleponan dengan Vina), (Vina) lagi ketawa-tawa aja, enggak minta tolong atau sedih lagi diapa-apain, dia lagi senang banget. Dia di pinggir jalan karena banyak (suara) motor mobil lewat," kata Widi.

Usai teleponan dengan Vina, Widi mengaku sempat ditelepon lagi oleh Vina sebanyak tiga kali, tapi tidak ia angkat karena kecewa.

Lalu puku 22.30 WIB Mega SMS Vina untuk bertanya Vina mau pulang jam berapa tapi tak direspon.

Kala itu Mega dan Widi mengira Vina pulang ke rumahnya karena tak ada kabar.

Hingga keesokan harinya, Mega dan Widi syok mendengar kabar Vina ditemukan tak bernyawa di Jembatan Talun.

Sementara dalam BAP, pada 27 Agustus 2016 sekitar pukul 21.00 WIB, Vina, Eky, dan Liga Akbar melintasi Jalan Perjuangan Kota Cirebon, Jawa Barat.

Sesampainya di depan SMP Negeri 11 Cirebon yang berada di Jalan Perjuangan Majasem (Jalan Saladara), 11 pemuda sudah menunggu mereka.

Kesebelas orang itu tertulis dalam BAP saksi, sebagai Hadi Saputra, Eka Sandy, Jaya, Supriyanto, Sudirman, Eko Ramadani, Rivaldi Aditya, Saka Tatal, Andi, Dani, dan Pegi alias Perong.

Sebelas orang tersebut melempari Eky, Vina, dan Liga dengan batu, tapi ketiganya terus melaju.

Mereka mengejar Eky dan Vina dengan 4 motor hingga terjadi pemerkosaan dan pembunuhan.

Lalu pukul 22.30 WIB, Eky ditemukan tewas sedangkan Vina terluka parah di Flyover Talun.

Sehingga Susno Duadji berani berucap jika pemerkosaan dan pembunuhan terjadi dalam waktu 12 menit.

Apalagi, sejak awal Susno Duadji meyakini jika kasus kematian dua sejoli ini merupakan kecelakaan tungal.

"Belum kalau dengan bukti lain kemarin kan ada video beredar ada temannya Vina jam 22.18 dia nerima telepon, bertelepon-teleponan dengan Vina. Kemudian orang mendatangi TKP itu 22.30. Berarti 12 menit kan? 12 menit setelah teleponan dengan sahabatnya, terjadilah kejadian di Flyover itu," ucap Susno dikutip dari YouTube Kompas TV, Senin (29/7/2024).

"Kalau ini dibunuh, sempat ngga 12 menit kejadian TKP di belakang showroom, digotong lagi dibawa lagi ke SMPN 11, dibawa lagi ke jembatan. Gak masuk akal," tambahnya.

Reza Indragiri Ikut Berkomentar

Terbaru, Reza Indragiri ikut menyebut hal tersebut mustahil.

Oleh sebab itu, ia meminta polisi untuk menguak isi chat di ponsel dua sejoli ini.

"Bukan hanya betul saya membayangkan boleh jadi bukti-bukti lain boleh tanda petik dikesampingkan tapi sepanjang ada bukti yang satu ini, yaitu bukti komunikasi elektronik maka narasi tentang Cirebon 2016 akan berubah. Nasib para terpidana akan berbalik arah," katanya dikutip dari Youtube Rakyat Bersuara, Rabu (7/8/2024).

Selain bisa mengubah nasib para terpidana yang kini masih dibui, bukti tersebut bisa menguak segalanya yang saat ini masih menjadi tanda tanya besar.

"Pertama karena sudah ada sosok yang bernama Widi dan Liga yang kedua karena saya sudah membaca berkas dan berbicara kesekian banyak pihak saya makin bertanya-tanya Benarkah jam 22.00 atau 22.30 ketika jasad korban ditemukan di jembatan".

"Benarkah sebelum itu sudah terjadi penganiayaan, perkosaan massal, dan pemindahan jasad ke sekian banyak. Hitung-hitungan di atas kertas dengan merunut alur waktu sedemikian rupa pemikiran saya mustahil terjadi tindakan sedemikian keju terhadap korban," pungkasnya.

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved