Penghapusan Jurusan di SMA Dinilai Dorong Personalisasi Pembelajaran

Peneliti Muda CIPS Sharfina Indrayadi menilai, penghapusan jurusan di SMA bisa mendorong personalized learning.

surya/ahmad zaimul haq
Ilustrasi siswa SMA. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Penghapusan jurusan Bahasa, IPA, dan IPS di jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dinilai positif oleh beberapa pihak.

Peneliti Muda Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Sharfina Indrayadi menilai, penghapusan jurusan ini bisa mendorong personalized learning atau personalisasi pembelajaran.

“Penghapusan jurusan Bahasa, IPA dan IPS merupakan salah satu bentuk implementasi pembelajaran yang berpusat pada siswa yang selama ini menjadi semangat dari Kurikulum Merdeka,"

"Salah satu tujuan utamanya agar untuk menghilangkan sekat-sekat minat siswa hingga kemudian mereka bisa belajar sesuai dengan minat dan bakatnya,” kata Sharfina Indrayadi, dalam keterangan tertulis yang diterima TribunJakarta.com.

Personalisasi pembelajaran, artinya adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Dijelaskannya, personalisasi pembelajaran mengutamakan fleksibilitas dalam merancang rencana pembelajaran.

Selain itu, metode ini juga memiliki bentuk asesmen yang disesuaikan dengan kondisi, minat, dan bakat siswa.

Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa ini dinilai penting untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dibandingkan dengan memaksa siswa mempelajari semua hal dalam waktu yang terbatas.

Sebagai informasi, Kemendikbudristek menghapus jurusan IPA, IPS dan Bahasa di jenjang SMA sebagai bagian dari implementasi Kurikulum Merdeka yang sudah diterapkan secara bertahap sejak tahun 2021.

Penghapusan penjurusan ini diterapkan mulai tahun ajaran 2024/2025.

Adapun alasan peniadaan jurusan Bahasa, IPA, dan IPS ini dilakukan agar para siswa dapat fokus untuk mempelajari mata pelajaran yang sesuai dengan minat serta referensi studi lanjutan dan kariernya.

Selain untuk menyesuaikan minat dan bakat siswa, penghapusan pembagian jurusan di SMA ini juga dilakukan untuk menghilangkan keistimewaan jurusan IPA dalam pemilihan program studi di perguruan tinggi.

Kebijakan ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka serta memungkinkan pilihan mata pelajaran yang lebih sesuai dengan rencana karir masing-masing.

Menurut Sharfina, pembelajaran yang berpusat pada siswa menekankan kesiapan guru agar tidak hanya mampu menjadi seorang pendidik.

Para guru juga diharapkan mampu menjadi pendamping yang bisa menggali potensi dan minat siswa, sehingga siswa dapat benar-benar difasilitasi dalam mengatur rencana pembelajaran yang terpersonalisasi. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved