Parenting
Simak 2 Tipe Keterlambatan Bicara alias Speech Delay, Nomor Terakhir Paling Sering Terjadi Pada Anak
Simak dua tipe keterlambatan berbicara alias speech delay pada anak. Nomor 2 sering terjadi pada anak.
TRIBUNJAKARTA.COM - Simak dua tipe keterlambatan berbicara alias speech delay pada anak.
Dokter Spesialis Anak, Dimple Nagrani mengatakan, tipe pertama adalah keterlambatan bicara reseptif.
Jika anak mama papa di rumah belum bisa memahami instruksi maka kemungkinan mengalami keterlambatan bicara reseptif.
"Reseptif adalah menerima informasi, kemudian informasi itu diolah dalam otak, kemudian dia mengetahui apa yang harus dilakukan sesuai dengan instruksi yang diberikan," jelasnya dikutip dari YouTube Happy Kids Parenting, Rabu (21/8/2024).
Lebih lanjut, dr Dimple mengatakan keterlambatan bicara reseptif lebih jarang terjadi.
Pasalnya seringkali anak mengerti apa yang diperintahkan orangtuanya.
"Contohnya 'dek tolong ambilin sepatu' mereka langsung bisa ambil sepatunya, ini berarti tidak ada keterlambatan bicara reseptif," sambungnya.
Lalu apa tipe nomor dua?
dr Dimple mengatakan, tipe speech delay kedua adalah ekspresif. Ini yang sering terjadi pada anak.
Anak memahami maksudnya apa, tetapi bingung mengutarakan dengan kata-kata apa yang dia inginkan.
"Perkembangan bicara ekspresif bisa dilihat sesuai dengan usia di tabel perkembangan bicara anak,"
"Jika tidak seusai segera diskusikan ke dokter spesialis," ucap dr Dimple.

Jika anak di atas dua tahun dan belum bisa bicara jelas, dr Dimple menyarankan orangtua membawa si kecil untuk terapi wicara.
"Kalau cepat ditangani ini akan membantu perkembangan karakternya juga," sambungnya.
Lebih lanjut dr Dimple mengatakan, anak yang tidak bisa bicara dengan baik sering tantrum.
Hal ini karena si kecil kesal karena mama dan papa tidak bisa memahami apa maksudnya karena bicaranya belum jelas.
Di video lainnya, dr Dimple sempat membeberkan empat kebiasaan yang bisa membuat anak speech delay:
1. Anak munjuk, mama papa langsung memberikan
Mama papa, jangan langsung memberikan apa yang anak mau si kecil menunjuk.
Biasanya, anak yang belum bisa bicara akan menunjuk sesuatu ketika menginginkannya.
Jangan langsung beri apa yang diinginkan anak, tetapi bertanya lebih dulu.
"Tanya 'Dede kamu bola ya?' Kita tidak berharap anak menjawab dengan kata-kata bola, tetapi setidaknya dia mengeluarkan kata-kata, atau ngomong iya," katanya dikutip dari YouTube channel HappyKids Parenting.
2. Mama Papa sering memenggal kata-kata
"Contohnya 'Ehsa, Ehsa pake baju warna pu???' lalu anak jawab 'Tihh',"
"Kalau kita melakukan seperti ini, anak akan mengenal warna tersebut adalah Tih, bukan putih," ucap dr Dimple.
Cara mama papa seperti itu akan menyebabkan salah pemahaman kepada anak.
3. Terlalu banyak screen time
dr Dimple mengatakan, saat ini banyak anak-anak yang sangat sering screen time.
Bahkan ada yang dua jam sehari hingga delapan jam sehari.
"Ini kebiasaan yang sangat buruk. Bisa kita lihat fokus matanya si kecil jadi terganggu, dia taakan bisa diajak ngobrol," kata dr Dimple.
Seharusnya, mama dan papa melakukan stimulasi dua arah yakni mengobrol eye to eye.
"Jadi anak kita harus mengajak kita ngobrol, atau kita yang harus mengajak anak mengobrol. Bukan dia hanya menonton tv saja," sambungnya.
4. Kurang eye contact dari orangtua
Mama papa, jangan ajak anak mengobrol ketika si kecil sedang bermain.
dr Dimple mengatakan, anak belum memiliki kemampuan multitasking.
"Anak kita hanya bisa fokus dengan satu hal," ucap dr Dimple.
Lebih lanjut dr Dimple mengatakan, orangtua bisa mengajak anak berbicara di ruangan hening dan membosankan.
Sehingga fokus anak hanya kepada kita saja.
Lakukan selama 60 menit per hari.
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.