Pilkada Jakarta

Pengamat Nilai Alasan PDIP Tunda Pengumuman Anies Jadi Cagub Jakarta: Strategi Efek Kejut ke Lawan

Pakar Politik, Handa Yuda, melihat penundaan PDI Perjuangan mengumumkan Anies Baswedan menjadi Calon Gubernur Jakarta sebagai sebuah strategi. 

|

Mereka pun memiliki lawan politik yang sama.

"Posisi politiknya juga sama, menyatukan dua kekuatan oposisi. Kita tahu PDI Perjuangan adalah kekuatan partai secara resmi, yang jelas, terang, ada kekuatan oposisi per hari ini."

"Dan, Anies Baswedan adalah representasi kekuatan politik oposisi itu. Nah, kalau dua kekuatan oposisi itu kemudian melakukan konsolidasi menyatu, menjadi kekuatan yang besar. Keduanya memiliki lawan politik yang sama, KIM (Koalisi Indonesia Maju) Plus yang sudah terkonsolidasi dan mengusung Ridwan Kamil," jelasnya. 

Terakhir, alasan teknis. 

Handa melihat adanya simbiosis mutualisme keduanya antara Anies Baswedan dan PDI Perjuangan. 

"Anies punya elektabilitas tapi tidak punya boarding pass. Satu-satunya didapat dari PDI Perjuangan. Sebaliknya, PDI Perjuangan memiliki boarding passyang strategis usai putusan MK, tetapi membutuhkan figur yang secara elektabilitas kuat jadi perkawinan antara elektabilitas dan boarding pass mempertemukan mereka," pungkasnya. 

Bersih dari 'dosa' demokrasi

Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri dinilai akan mengusung Anies Baswedan sebagai Calon Gubernur Jakarta karena rekam jejak Anies tidak memiliki sejarah nakal dan dosa-dosa demokrasi.

Pengusungan Anies pun dinilai untuk menyerang balik dinasti politik saat ini dan rezim yang sudah jauh melenceng. 

Hal itu diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago. 

"Saya cermati ini ada titik persamaan menurut saya, pertama di dalam konteks melawan dinasti politik, melawan konteks tentang rezim yang sudah melenceng. Nah itu yang kemudian dianggap rekam jejak Anies itu tidak pernah nakal dalam konteks demokrasi," ujar Pangi seperti dikutip dari TV One yang tayang pada Senin (26/8/2024). 

Megawati yang melihat 'bersihnya' Anies dari dosa-dosa demokrasi membuatnya akan mengusungnya jadi calon gubernur Jakarta 2024. 

Namun, di sisi lain, Pangi menilai Megawati bisa saja tiba-tiba tak mengusung Anies Baswedan menjadi cagub. 

Berdasarkan fakta sejarah, Megawati tidak selalu mendukung sosok yang bakal menang. 

"Kita masih ingat, ketika Foke (Fauzi Bowo) elektabilitasinya sudah tinggi, sudah settle, sudah tinggi, tapi kan kemudian Ibu Mega waktu itu elektabilitasnya Pak Jokowi, Pak Ahok, menurut saya masih rendah, tapi memilih Jokowi-Ahok, nah itu prinsip-prinsip lain yang beliau punya keteguhan," katanya.

Hal senada juga diungkapkan oleh juru bicara Anies Baswedan, Tom Lembong mengatakan Anies tidak punya sejarah nakal sebagai pejabat. 

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved