5 Amalan yang Dianjurkan saat Rebo Wekasan, Dipercaya Bisa untuk Tolak Bala

Dipercaya jadi hari paling sial sepanjang tahun, simak 5 amalan yang dianjurkan pada saat Rebo Wekasan. Bisa untuk tolak bala.

Editor: Muji Lestari
Freepik
Ilustrasi 

TRIBUNJAKARTA.COM - Berikut ini 5 amalan yang dianjurkan saat peringatan Rebo Wekasan, dipercaya bisa untuk tolak bala.

Tahun ini, Rebo Wekasan jatuh bertepatan dengan tanggal 4 September 2024, besok.

Sejumlah masyarakat khususnya Jawa percaya, bahwa Rebo Wekasan merupakan hari diturunkannya bala dan musibah serta penyakit.

Maka dari itu, terdapat amalan-amalan yang dianjurkan untuk dilaksanakan saat malam Rebo Wekasan.

Ada 5 amalan Rebo Wekasan ini tak lain sebagai bentuk tolak bala, di antaranya memperbanyak sedekah, membaca surah Yasin dan lainnya.

Simak amalan Rebo Wekasan yang dianjurkan untuk meminta perlindungan Allah SWT agar dijauhkan dari musibah.

1. Memperbanyak Sedekah

Disarankan untuk memperbanyak sedekah di hari Rebo Wekasan, terutama kepada anak yatim dan fakir miskin.

Hal ini karena sedekah bisa menolak dan menjauhkan kita dari bala.

2. Membaca Surah Yasin

Membaca Surah Yasin di hari Rebo Wekasan, kemudian setelah sampai ayat 'salamun qoulam min robor rohim', maka diulangi hingga 313 kali.

3. Melaksanakan Salat Sunah

Melaksanakan Salat Sunah mutlak sebanyak empat rakaat dengan dua kali salam.

Pada tiap rakaat setelah membaca surah Al-Fatihah, dianjurkan untuk membaca surah Al-Kautsar 17 kali, surah Al-Ikhlas 5 kali, Al-Falaq 1 kali dan An-Nas 1 kali.

Ilustrasi berdoa. Berikut ini 5 amalan yang dianjurkan saat Rebo Wekasan, dipercaya bisa tolak bala.
Ilustrasi berdoa. Berikut ini 5 amalan yang dianjurkan saat Rebo Wekasan, dipercaya bisa tolak bala. (Freepik)

4. Memperbanyak bacaan Istighfar, Shalawat dan dzikir lainnya.

Pada Rebo Wekasan dianjurkan memperbanyak dzikir, istigfar serta membaca shalawat.

Selain menambah pahala, amalan ini diyakini bisa membantu menghindarkan diri dari mara bahaya.

5. Kemudian berdoa agar terhindar dan dilindungi dari bala.

Berikut salah satu doa yang dianjurkan:

Allahumma bihaqqil faatihah wasirril faatihah ya faarijal hammi wa yaa kaasyifal ghammi ya man lli ibaadihii yaghfiru wayarham.

Yaa daafi’al bala’i yaa Allah wa yaa daafi’al bala’i yaa rahmaan wa yaa daafi’al balaa’i yaa rahiim.

Arti : "Ya Allah, dengan kebenaran fatihah dan dengan rahasia yang terkandung dalam fatihah, ya Allah Tuhan yang melapangkan kedudukan dan yang menghilangkan kesedihan.

Ya Allah Tuhan yang maha kasih sayang kepada hambanya, Ya Allah, Tuhan Yang menghindarkan bala.

Ya Allah Tuhan pengasih yang menolakkan bala, Ya Allah Tuhan yang maha penyayang yang menjauhkan bala, tolakan lah dari kami malapetaka, bala, bencana, kekejian dan kemungkaran.

Sengketa yang beraneka, kekejaman dan peperangan, yang tampak dan yang tersembunyi, dalam negara kami khususnya dan dalam negara kaum muslimin pada umumnya, sesungguhnya Engkau berkuasa atas segala sesuatu."

Wa shallallaahu ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi ajma’iin. Subhaana rabbika rabbil ‘izzati ‘ammaa yashifuun, wa salaamun ‘alaal mursaliin, wal hamdulillahi rabbil ‘aalamiin.

Arti: "Semoga Allah memberikan shalawat untuk Sayyidina Muhammad, keluarga, dan semua sahabatnya. Maha suci Allah dari segala apa yang mereka sifatkan. Salam Allah untuk para rasul-Nya.”

Hukum Rebo Wekasan dalam Pandangan Islam

Dikutip dari tebuireng.online, berikut hukum meyakini datangnya malapetaka di akhir Bulan Shafar:

Hukum tersebut, telah dijelaskan oleh hadits shahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim:

“Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Saw bersabda: “Tidak ada penyakit menular. Tidak ada kepercayaan datangnya malapetaka di bulan Shafar. Tidak ada kepercayaan bahwa orang mati itu rohnya menjadi burung yang terbang.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Ibnu Rajab menulis: “Maksud hadits di atas, orang-orang Jahiliyah meyakini datangnya sial pada bulan Shafar. Maka, Nabi SAW membatalkan hal tersebut. Pendapat ini disampaikan oleh Abu Dawud dari Muhammad bin Rasyid al-Makhuli dari orang yang mendengarnya. Barangkali pendapat ini yang paling benar. Banyak orang awam yang meyakini datangnya sial pada bulan Shafar, dan terkadang melarang bepergian pada bulan itu. Meyakini datangnya sial pada bulan Shafar termasuk jenis thiyarah (meyakini pertanda buruk) yang dilarang.” (Lathaif al-Ma’arif, hal. 148).

Umat Islam tidak boleh meyakini terjadinya malapetaka di bulan Safar.

Meyakini malapetaka termasuk jenis thiyarah atau meyakini pertanda buruk yang merupakan perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved