Sisi Lain Metropolitan
Gelora Bakery Bertahan di Gang Sempit Lebih dari 50 Tahun, Dulu Banyak Pelanggan Keturunan Belanda
Kisah Toko Roti Gelora Tetap Bertahan Dalam Gang Sempit Lebih dari 50 Tahun, Dulu Langganannya Banyak Keturunan Belanda
Di bagian dalam toko, Ridwan menggunakan mesin-mesin buatan Eropa untuk mengolah adonan.
Mesin-mesin tersebut bahkan tak kalah lawas.
Mesin yang digunakan di toko ini usianya sudah sekitar 40 tahunan.
"Mesin-mesin di sini rata-rata dipakai dari tahun 1978,1979, buatan German. Paling tua ada yang dari tahun 1975 untuk mengaduk adonan," kata Ridwan.
Banyak langganan keturunan Belanda
Berdiri sejak tahun 1950an, Toko Roti Gelora tentu sudah punya banyak pelanggan.
Bahkan ketika pertama kali berdiri, pelanggannya banyak dari kalangan keturunan Belanda.
"Kurang lebih ya memang (pelanggan) keturunan belanda. Orangtua juga hari-hariannya ngomong bahasa Belanda. Zaman dulu pendidikannya juga pendidikan Belanda, teman-temannya ya banyak juga begitu (keturunan Belanda)," kata Ridwan.
Zaman itu, Toko Roti Gelora hanya menempati bangunan yang disewa dari tuan tanah.
Jalan di sekitar toko ini pun juga belum sesempit sekarang.
Hingga seiring waktu, pembangunan terus terjadi dan jalan di sekitar lokasi pun semakin kecil.
Bangunan Toko Roti Gelora kemudian dibeli dan menjadi milik keluarga Ridwan sekitar tahun 1970an.
"Dulu itu, masih masuk mobil gangnya. Kan dulu orangtua saya pakai mobil buat angkut kayu bakar. Dulu bukan gang sempit, masuk mobil di sini. Zaman dulu oven kan pakai kayu bakar," bebernya.
Ridwan pun terjun langsung membantu kedua orangtuanya mengelola toko roti ini sejak tahun 1973.
Berbagai cara dilakukan oleh Ridwan untuk menjangkau pelanggan dan mengembangkan toko roti Gelora.
Mulai dari mengantarkan roti-roti ke pelanggan menggunakan becak, sepeda motor, hingga produknya bisa dikenal.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.