Pesan Menag di Acara Natal Pemprov DKI: Kalau Perlu Tak Ada Polisi, Asalkan Akidah Jadi 'Polisi'
Menag Nasaruddin Umar menyampaikan pesan penting dalam perayaan Natal bertajuk Aktualisasi Nilai-nilai Natal 2024.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Rr Dewi Kartika H
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino
TRIBUNJAKARTA.COM, PADEMANGAN - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyampaikan pesan penting dalam perayaan Natal bertajuk Aktualisasi Nilai-nilai Natal 2024 yang diselenggarakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di Ecovention Ancol, Pademangan, Jakarta Utara, Jumat (17/1/2025).
Dalam sambutannya, Menag menyoroti pentingnya hubungan yang erat antara agama dan umatnya.
Ia menyatakan bahwa semakin dekat seseorang dengan agamanya, semakin baik dampaknya bagi kehidupan bermasyarakat.
"Ini yang saya selalu sampaikan, semakin berjarak agama dengan umatnya, semakin di situ ada krisis, dan di situ Kementerian Agama gagal. Tapi semakin menyatu agama dan pemeluknya, semakin sukses Kementerian Agama," kata Nasaruddin.
Menag mengibaratkan bahwa jika akidah dan keimanan sudah kokoh, maka keberadaan polisi di tengah-tengah masyarakat pun seolah tidak diperlukan.
Akidah, keyakinan, dan keimanan, kata Nasaruddin, seharusnya menjadi "polisi" yang dapat mencegah setiap individu berbuat hal-hal yang dilarang agama.
"Semakin menyatu pemeluk dengan agama-agamanya, maka semakin damai, tenang, tentram bangsa ini," ucap Nasaruddin.
"Kalau perlu polisi ini nggak usah ada. Kenapa? Akidah, keyakinan, keimanan, mampu menjadi "polisi" pada setiap individu kita masing-masing," sambungnya.
Menurutnya, krisis di masyarakat terjadi jika agama dan umatnya semakin berjarak.
Ia juga menekankan, tugas Kementerian Agama adalah memastikan umat semakin dekat dengan ajaran agamanya.
Pesan ini juga ditujukan kepada para tokoh agama, termasuk pendeta, pastor, dan ulama.
Imam Besar Masjid Istiqlal itu mengingatkan, tugas pemimpin agama semakin berat di tengah perubahan nilai-nilai kebenaran.
Ia menyoroti adanya otoritas lain yang kini memengaruhi pandangan masyarakat tentang baik dan benar.
Kadang, sesuatu yang dianggap baik oleh agama justru tidak diikuti oleh masyarakat.
"Sekarang ini, definisi kebenaran itu bukan lagi tunggal, belum tentu apa yang dikatakan kitab suci itu baik, apa yang dikatakan pendeta, pastor, dan pimpinan kami baik itu adalah baik, tapi ada otoritas tertentu lagi yang menentukan mana yang baik dan yang benar," ucapnya.
"Kadang-kadang tidak baik menurut agama, tetapi, kok itu yang diikuti oleh masyarakat," tuturnya.
Karena itu, ia mengajak seluruh umat beragama untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya agama.
Selain itu, Menag juga menekankan pentingnya peran tokoh agama dalam membimbing umat.
Ia berharap pemimpin agama dapat membantu memperkuat akidah dan keimanan masyarakat.
"Karena itu saya mohon betul, apapun agama kita, mari kita semakin sadar bahwa agama itu sangat penting untuk kemaslahatan hidup kita di dunia, dan tentu juga di akhirat," tutup Nasaruddin.
Lewat KJP Plus, Bank Jakarta Catat Rp1,7 Triliun Tabungan Pelajar |
![]() |
---|
Tak Lagi Tertahan Karena Biaya, Komisi E DPRD DKI Sambut Baik Pemutihan Ijazah Ribuan Siswa |
![]() |
---|
Wanita 50 Tahun Ini Jago Audit Pajak Tapi Susah Dapat Kerja Gara-gara Umur, Akhirnya Datangi JobFest |
![]() |
---|
Dua Hari Digelar, Jakarta JobFest di Velodrome Diserbu Ribuan Pencari Kerja dari Segala Penjuru |
![]() |
---|
PSI Kritik Pemprov DKI, Retribusi Parkir di GOR Baru Jalan di 6 Lokasi dari Total 86 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.