Cerita Getir Buyung Jadi Driver Ojol: Diceraikan Istri karena Tak Mampu Menafkahi

Buyung rela tak mendapatkan pemasukan hari ini demi ikut aksi ojek online di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat sudah cukup menjelaskan posisinya.

TribunJakarta.com/Elga Hikari Putra
Cerita ojol. Buyung Sutrisno menceritakan suka duka menjadi pengendara ojek online. TRIBUNJAKARTA.COM.ELGA PUTRA 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com Elga Hikari Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Meski tak berada di barisan terdepan apalagi menyampaikan orasi, bagi Buyung Sutrisno kehadirannya dalam aksi ojek online di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat sudah cukup menjelaskan posisinya dalam perjuangan bersama rekan seprofesi.

Buyung rela tak mendapatkan pemasukan hari ini karena mematikan aplikasinya.

Hal itu dipilihnya sebagai bentuk solidaritas terhadap perjuangan para driver ojol yang menuntut pihak aplikator hanya menerapkan potongan 10 persen.

“Kalau narik juga nggak ada duitnya, ya kita tunjukkanlah solidaritas kita,” kata Buyung ditemui di lokasi aksi, Selasa (20/5/2025).

Buyung bukanlah driver ojol 'kemarin sore'. Ia sudah menjadi driver ojol sejak tahun 2016 atau masa di mana pendapatan ojol kala itu cukup fantastis.

"Waktu itu mah minimal sehari itu dapat uang Rp 300 ribu bersih. Indah banget pokoknya," kata Buyung.

Namun semua masa indah itu kini berubah menjadi hal yang cukup pahit.

"Sekarang, dapet Rp200 ribu kotor aja susah. Udah kayak got, kotor banget,” ujarnya.

Sebab, ia menyebut kian besarnya potongan yang diberikan oleh pihak aplikator.

"Sekarang potongan itu 20 persen ditulisannya. Tapi kenyataannya mah lebih dari segitu, banyak potongannya lah," kata dia.

Selain itu, ia menyebut beragam promo hemat yang harganya sangat murah juga kian membuat driver menjerit.

Diceritakannya, dalam skema kerja Grab maupun Gojek, para driver bisa memilih untuk masuk ke program-program hemat agar mendapat prioritas order. Namun, menurut Buyung, program ini menjadi jebakan yang merugikan.

“Kalau di Grab, namanya slot. Di Gojek, disebut Aceng, artinya Argo Goceng. Jadi kita dibayar Rp5.000 doang. Padahal perjalanan bisa jauh dan makan bensin. Ini benar-benar merugikan,” tuturnya.

Minimnya order dan besarnya potongan diakui Buyung membuat ekonomi keluarganya limbung.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved