Asal-usul 7 Julukan yang Disematkan ke Dedi Mulyadi, Gegara Konten hingga Gaya Kepemimpinan di Jabar

Asal-usul 7 Julukan yang Disematkan ke Dedi Mulyadi, Gegara Konten hingga Gaya Kepemimpinan di Jabar

Instagram Dedi Mulyadi
TERIMA JULUKAN BARU - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi tersenyum mendengar dirinya mendapatkan julukan baru. Kali ini julukan baru itu berupa hinaan kata kasar. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi kini memiliki 7 julukan.

Ke-7 julukan ini disematkannya selama memimpin Jawa Barat.

Berikut asal-usul tujuh julukan yang diberikan kepada Mantan Bupati Purwakarta itu:

1. Gubenur Konten

Gubernur Konten lebih dulu menggema dan ditunjukkan kepada Dedi Mulyadi di awal-awal kepemimpinannya di Jawa Barat.

Julukan ini diberikan oleh Gubernur Kalimantan Timur Rudy Masud.

Rudy Masud menyebut rekan sejawatnya dari Jawa Barat itu sebagai Gubernur Konten saat rapat para Gubernur dengan Komisi II DPR RI di Gedung Senayan, Jakarta, Selasa (29/4/2025) lalu.

"Ini temen saya lama sejak zaman dulu, jadi yang kemarin itu ga ada kaitannya bilang Gubernur konten, harusnya itu Kang Dedi Gubernur yang kontennya top," ujar Dedi Mulyadi, Minggu (4/5/2025).

Kini, Politisi Gerindra itu justru bangga karena disebut Gubernur Konten.

lihat fotoRofidah Nurhana Lestari, anak sopir truk pengangkut jerami di Gunungkidul berhasil mendapatkan beasiswa penuh di Fakultas Teknologi Pertanian, UGM. Bahkan keahliannya menulis puisi membuat dirinya dilirik jurnalis senior, Najwa Shihab.
Rofidah Nurhana Lestari, anak sopir truk pengangkut jerami di Gunungkidul berhasil mendapatkan beasiswa penuh di Fakultas Teknologi Pertanian, UGM. Bahkan keahliannya menulis puisi membuat dirinya dilirik jurnalis senior, Najwa Shihab.

Alasannya, gegara uang hasil dari konten dapat diberikan kepada rakyat.

"Saya selalu ditanya, "Pak Dedi, duitnya dari mana ngonten?" Habis itu dimasalahin lagi. Gubernur konten lebih baik dari jadi gubernur konten punya duit diberikan pada rakyat daripada gubernur molor," kata Dedi dalam pidato saat upacara Hari Kebangkitan Nasional 2025 di Lapangan Gasibu, Kota Bandung, Selasa (20/5/2025).

2. Gubernur Pencitraan

Untuk julukan ini, tiba-tiba saja bergema setelah Gubernur Konten ramai diperbincangkan.

Dedi Mulyadi dianggap melakukan 'pencitraan' di media sosialnya melalui konten-konten yang dibuatnya.

Kendati demikian, Dedi Mulyadi sudah mengakui jika hasil uang ngontennya turut diberikan kepada rakyat.

3. One Man Show

Belum selesai sampai situ, Dedi Mulyadi sudah menerima julukan One Man Show dalam waktu yang berdekatan.

Julukan ini disematkan kepadanya gegara kebijakan barak militer yang digagasnya dan membuat sejumlah politisi di DPRD Jabar geram terhadap Dedi Mulyadi.

Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dr Gamal Albinsaid misalnya. Ia tidak setuju dengan program siswa bermasalah masuk barak militer yang digagas Dedi Mulyadi.

Begitu pun dengan Wakil Ketua DPRD Jawa Barat asal PDIP Ono Surono yang menolak tegas kebijakan Dedi Mulyadi ini.

Bahkan PKS bukan cuma tidak setuju dengan program barak militer Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi

Sebelumnya, PKS turut menganggap gaya Dedi Mulyadi memimpin tanpa diskusi dan one man show.

Belakangan, Sekretaris Daerah Jawa Barat (Sekda Jabar), Herman Suryatman, mengungkap rahasia spontanitas Dedi Mulyadi.

Pada aktivitas kesehariannya sebagai gubernur yang hampir selalu direkam kamera dan diunggah ke media sosial, Dedi memperlihatkan spontanitasnya dalam mengambil keputusan.

Menurut dia, Dedi tidak benar-benar spontan, melainkan karena di kepalanya sudah ada tujuan yang jelas dari setiap keputusan yang diambil.

Orang nomor satu di lingkup ASN Pemprov Jawa Barat itu memahami betul tindak-tanduk bosnya, sang gubernur.

"Saya kira semuanya by design tapi beliau memang berpikir cepat," kata Herman, di channel Youtube Helmi Yahya Bicara, tayang Senin (2/6/2025).

Herman lantas menjelaskan apa yang dimaksud dengan by design dalam konteks aktivitas Gubernur Dedi Mulyadi.

Menurut Herman, pengambilan keputusan Dedi Mulyadi yang cepat telah terdesain atau dilatari visi yang kuat, yakni 'Jawa Barat Istimewa 2029'.

4. Gubernur Lambe Turah

Kritik ke Dedi Mulyadi juga disampaikan oleh Anggota Komisi X dari Fraksi PKB, Andi Muawiyah Ramly, hingga berujung memberi julukan 'Gubernur Lambe Turah'.

Semuanya bermula gegara Dedi Mulyadi yang tidak mengirimkan utusan dari Kormi Jawa Barat untuk hadir dalam acara Festival Olahraga Nasional (Fornas) yang digelar setiap dua tahun oleh Kormi. 

Pada tahun ini, Kormi akan menyelenggarakan Fornas yang ke-delapan di Nusa Tenggara Barat (NTB). 

"Kalau Pak Dedi Mulyadi, Gubernur Lambe Turah, macem-macem, dia mengatakan saya akan mengongkosi seluruh UMKM sepuluh juta, kalau dia bisa vasektomi. Masa untuk penyelenggaraan Kormi tidak bisa mengutus utusan?" katanya.

"Masa dia bisa mengongkosi anak nakal untuk dididik di Kodam Siliwangi tapi untuk utusan Kormi ke NTB tidak mampu melakukan itu? Naif sekali gubernur ini, sangat naif. Makanya kita gugat di forum ini. 'Hey Pak Dedi silakan utus Kormi Jawa Barat ke NTB," sambungnya.

5. Mulyono Jilid II

Belum selesai dikritik, Dedi Mulyadi sudah ditimpa julukan baru lagi, yakni Mulyono Jilid II.

Julukan ini seiring dengan dirinya yang kerap membagikan aktivitasnya turun dan bertemu langsung dengan masyarakat, hingga dianggap sejumlah netizen memiliki gaya politik yang serupa dengan Jokowi.

Sekedar informasi, Jokowi meraih popularitas gegara gaya blusukannya hingga bisa menaiki anak tangga pimpinan eksekutif, dari Wali Kota Solo, Gubernur Jakarta hingga Presiden Indonesia dua periode (2014-2024).

Dedi Mulyadi pun sudah menanggapi perihal julukan ini.

"Setelah bisa melewati masa-masa sulit, menyelamatkan anak remaja di Jawa Barat dari berbagai problem kriminal yang dialaminya melalui pendidikan disiplin di Barak Militer, kini berbagai pihak mulai mengepung kembali," ucap Dedi Mulyadi.

"Dengan berbagai stigma, sebagai Gubernur Konten, Mulyono Jilid II, Gubernur Pencitraan dan berbagai tayangan lainnya, yang sengaja dibuat dengan tujuan cuma satu, karena mereka sangat memperihatikan saya," jelasnya.

6. Bapak Aing

Di posisi ke-6, Dedi Mulyadi mendapat julukan dari masyarakat yakni 'Bapak Aing'.

Bahkan Dedi Mulyadi sempat diteriaki demikian saat menemui keluarga korban ledakan amunisi di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut beberapa waktu lalu.

Janji manis yang diberikan Dedi Mulyadi kepada keluarga membuat teriakan Bapak Aing menggema di lokasi.

Menariknya, Bapak Aing menggema hingga ke Arab Saudi.

Slogan Bapak Aing digunakan oleh pedagang di sana untuk menawarkan makanan yang mereka jual kepada jemaah haji asal Indonesia.

7. Raja

Terbaru, Dedi Mulyadi mendapat julukan 'Raja'.

Julukan ini viral di media sosial saat Wali Kota Bekasi, tri Adhianto menyebut Dedi Mulyadi sedemikian rupa.

Dalam video yang diunggah oleh akun TikTok @yudztrdn dan menampilkan Tri secara terbuka menyebut Dedi sebagai raja saat memimpin rapat bersama satuan kerja perangkat daerah (SKPD).

Dalam video itu, Tri awalnya menyoroti agenda rapat yang digelar bawahannya terkait program corporate social responsibility (CSR).

"Semua rapat, SKPD, setuju untuk tidak setuju. Padahal orang ngasih CSR. Peninggian jembatan kan, yaudah kita lihat dulu hasilnya," ujar Tri, dikutip dari TikTok @yuudztrn, Senin (23/6/2025).

Tri kemudian mengungkapkan dirinya rutin melaporkan perkembangan pemerintahan kepada Dedi, termasuk ketika menjalankan sejumlah program.

Pada momen itu, Tri menyebut Dedi sebagai raja di hadapan anak buahnya.

"Pagi tadi saya lapor ke 'Raja'. Saya juga lapor ke Pak Wakil (Abdul Harris Bobihoe) ya. Apa pun yang saya lakukan insya Allah juga akan saya laporkan ke Pak Wakil. Pak Wakil juga akan memberikan take and give ke saya, supaya kita sama-sama berjuang."

Tri juga menyebut Dedi responsif dalam merespons laporan yang ia kirimkan melalui pesan singkat.

"Raja jam berapa itu, saya laporan jam 05.15 WIB, dia sudah jawab saja," kata Tri.

Diketahui, Dedi memang karib dengan budaya dan tradisi Sunda yang erat dengan Kerajaan Sunda di masa lampau.

Politikus Gerindra itu juga sempat angkat bicara soal isu panggilan 'raja'.

Ia tegas membantah bahwa jajarannya ataupun kepala daerah di bawahnya memanggilnya 'raja'.

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved