4 Kisah Warga Luar Jabar Tempuh Perjalanan Panjang Demi Dedi Mulyadi, Rogoh Kocek Puluhan Juta
Empat kisah warga luar Jawa Barat menempuh perjalanan panjang demi bertemu Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Ada yang rogoh kocek jutaan rupiah.
TRIBUNJAKARTA.COM - Simak empat kisah warga luar Jawa Barat menempuh perjalanan panjang demi bertemu Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.
Perjuangan mereka dapat dibilang tidak mudah. Ada yang merogoh kocek puluhan juta rupiah untuk sampai ke kediaman Dedi Mulyadi di Lembur Pakuan.
Ada pula yang menghabiskan empat sandal jepit untuk bertemu politikus Gerindra itu.
Selain itu, adapula seorang ibu yang membawa anaknya menemui Dedi Mulyadi.
Pasalnya, putranya itu mengalami kecanduan narkoba.
TribunJakarta merangkum empat kisah perjuangan warga luar Jabar demi temui Dedi Mulyadi:
1. Warga Papua
Tiga warga dari Distrik Mere, Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat Daya sengaja jauh jauh datang ke Lembur Pakuan untuk melihat keindahan pesawahan dan kampung yang bersih dan berbudaya tersebut.
Aalah seorang warga Papua, Wehelmus Bame mengungkapkan bahwa dirinya bersama dua temannya sengaja datang jauh-jauh dari Papua Barat ke Lembur Pakuan.
"Saya sangat ngefans dan Kagumi sosok Gubernur Jabar Kang Dedi Mulyadi yang sangat mencintai rakyatnya dengan tulus ikhlas," ujar Wehelmus Bame, Sabtu(28/6/2025) pagi.
"Iri sebenarnya kami dengan masyarakat Jabar, yang punya sosok pemimpin yang sangat tulus sayang sama rakyat dan juga jor-joran membangun infrastruktur di daerah demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat," katanya.
Dikatakan Wehelmus Bame, Wilayah Papua memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah seperti emas dan nikel, tapi tak pernah dirasakan oleh rakyatnya.
"Papua itu kaya, namun kami tak bisa menikmati, infrastruktur pun tidak memadai, sehingga membuat biaya hidup di Papua sangat mahal, sehingga masyarakatnya sulit untuk sejahtera dan maju," katanya.
Lanjut Wehelmus Bame, dirinya datang ke lembur Pakuan bertiga bersama kedua rekannya harus menempuh perjalanan 4 hari.
"Perjalanan ditempuh lewat jalan darat menuju Bandara, memakan waktu hingga 4 hari sampai di Jakarta," ucapnya.
Ketika ditanya berapa kocek yang dikeluarkan untuk biaya perjalanan sampai ke Lembur Pakuan.
"Tiket pesawat saja per orang Rp 3,6 juta kalikan 3 orang jadi hampir Rp 11 juta, perjalan darat hampir Rp 7 juta, ditambah biaya perjalanan dari Jakarta ke Subang dan makan, sudah mencapai sekitar Rp 20 jutaan," katanya.
"Namun semua itu terpuaskan sudah bisa menginjakan kaki ke Lembur Pakuan, sekalipun belum bisa bertemu Kang Dedi Mulyadi. Tentunya saya sangat berharap bisa ketemu ngobrol dan foto bareng Pak KDM, itu cita-cita saya datang ke Lembur Pakuan," ucapnya.
Senada juga dikatakan, oleh Melkianus Nauw, yang mengaku senang bisa datang ke Lembur Pakuan.
"Senang banget kami jauh-jauh dari Papua bisa berkunjung ke Lembur Pakuan Subang, Pagi ini ribuan orang juga datang ke sini, di sini tempatnya sangat indah, pesawahan yang hijau, bangunan nuansa kampung yang bersih berbalut budaya Sunda," katanya.
"Sebelum ke Lembur Pakuan, semalam juga kita sempat berkeliling wilayah Purwakarta, Puji Tuhan Indah banget kota Purwakarta bernuansa budaya jalannya bagus,"
"Pak Dedi Mulyadi memang pemimpin yang sangat hebat bisa membangun daerah sangat maju dan masyarakat makmur," ungkapnya.
Tentunya kami berharap di Papua suatu saat akan muncul sosok pemimpin seperti beliau.
"Papua sangat berharap sekali punya pemimpin seperti Kang Dedi Mulyadi, yang tulus sayang sama rakyatnya dan melakukan pemerataan pembangunan," tandasnya.
Lanjut Melkianus, dirinya datang ke Lembur Pakuan juga bersama Putra Asli Subang yang sudah menjadi warga Papua selama 9 tahun.
"Saya dan Wehelmus Bame datang ke Lembur Pakuan bersama Kang Wawan Riswandi, beliau warga Subang namun sudah jadi Warga Papua bersama kami berbaur selama 9 tahun," katanya.
"Sampai hari ini masih berharap bisa ketemu KDM, kami sangat mengagumi dan bangga serta memimpikan punya pemimpin seperti sosok beliau di Papua," pungkasnya.
2. Ibu-ibu Warga Lubuk Linggau
Emak-emak bernama Dian Nurhayati jauh-jauh dari Kota Lubuk Linggau, Sumatera Selatan (Sumsel) naik bus ke Purwakarta demi bertemu Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.
Pasalnya, Dian tidak tahan hingga nyaris mengakhiri hidup melihat tingkah laku anaknya.
Putranya bernama Rehan (19) merupakan pecandu narkoba sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Ia pun meminta pertolongan Dedi Mulyadi agar Rehan bisa dikirim ke barak militer.
Dian memiliki empat anak. Ia berjualan di kantin rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Diah bercerita anaknya pernah menjalani rehabilitasi dua kali di BNN (Badan Narkotika Nasional) Silampari, Sumsel.
"Ini ibu dalam rangka apa jauh-jauh dari Lubuk Linggau kesini," tanya Dedi Mulyadi, dilansi dari tayangan youtube Kang Dedi Mulyadi Channel, Jumat (20/6/2025).
"Ini pak, (anak) sudah saya rehab dua kali di BNN Silampari, perbuatannya rusak," ujar Dian.
Dedi Mulyadi kemudian langsung bertanya tujuan anak ibu tersebut.
"Terus ibu kesini mau apa anak pecandu narkoba dibawa ke tempat saya, ibu sampai nginep-nginep disini," tanya KDM.
KDM sampai tercengang mendengar cerita sang ibu menyebut jika konseler atau pendamping putranya justru memakai narkoba juga.
"Harapan saya itu kan sudah dicoba dari tahap bawah dari pemerintah setempat, istilahnya gak ada perubahan sudah dua kali dalam satu tahun, justru yang jadi konseler pendampingnya itu konsumsi narkoba juga," beber Dian.
"Ini sudah dimasukan rehab anaknya tapi konseler pendampingnya pakai narkoba juga, walah," kata Dedi tak habis pikir.
Konseler tersebut sempat meminta Rehan untuk menggadaikan motor alih-alih untuk kembali memakai narkoba.
"Jadi konseler ini ngajak makai lagi juga? waduh," ujar Dedi.
Putus asa tak mendapat bantuan lagi, Dian sempat melihat postingan Gubernur Jawa Barat ini terkait soal barak militer.
Ada secercah harapan dari Dian untuk mengobati putranya dari bantuan Dedi Mulyadi.
"Jadi dari Oktober itu saya lihat terus postingan bapak, dari situ kayak ada harapan satu-satunya di sinilah," ungkap Dina.
Lebih lanjut, tak hanya sekedar bantuan didikan, Dian juga meminta tolong keuangan kepada KDM.
Rumah yang ditempati anak-anaknya hasil jerih payah Dian saat bekerja di Arab Saudi itu akan segera disita bank.
Lebih lanjut, KDM belum bisa memberikan bantuan mengenai kondisi keuangan keluarga ibu Dian.
3. Penjual Kerupuk Asal Prabumulih
Perjuangan penjual kerupuk di Palembang bernama Randi untuk bertemu Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi berbuah hasil.
Pasalnya, Randi berjalan kaki dari Prabumulih, Sumatera Selatan nyaris sebulan yakni selama 26 hari untuk menuju kediaman Dedi Mulyadi di Lembur Pakuan.
Kedatangan Randi membuat Politikus Gerindra itu terkejut. Pasalnya, Randi berjalan kaki hingga empat sandal jepitnya putus.
"Dari Palembang ke Lembur Pakuan naik apa?" kata Dedi Mulyadi dikutip Tribun Jakarta dari akun Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel, Rabu (25/6/2025).
"Dari Prabumulih, pak, jalan pak," kata Randi.
"Hah, butuh berapa bulan," kata Dedi Mulyadi terkejut.
Randi lalu menjelaskan perjalanan dirinya mulai tanggal tanggal 21 Mei hingga tanggal 15 Juni 2025.
"Dari Prabumulih pak jalan kaki, 26 hari," kata Randi.
Selama 26 hari tersebut, ia melintasi banyak kota. Mulai dari Baturaja, Martapura, Way Kanan, Kotabumi, Bandar Jaya, Bandar Lampung, hingga Bakauheni.
"Dari Bakauheni nyeberang ke Pelabuhan Merak. Dari sana jalan kaki lagi, Pak. Kemarin saya Lebaran (Idul Adha) di Serang,” ujar Randi.
Mendengar itu, Dedi Mulyadi menanyakan keinginannya bertemu dirinya.
"Ga capek, Pak? Kakinya ga sakit? 26 hari loh, ada (keperluan apa) bertemu saya?” jawab Dedi.
Rupanya Randi mengaku keinginannya bertemu Dedi Mulyadi hanya ingin berfoto.
"Saya ingin berfoto dengan Bapak,” tutur Randi.
Dedi kembali bertanya kepada Randi tujuan datang ke Lembur Pakuan.
Sebab perjalann 26 hari dengan berjalan kaki bukan sesuatu yang mudah.
Namun Randi meyakinkan ia tidak memiliki maksud lain selain berfoto dengan Dedi Mulyadi.
Sebab pria yang akrab disapa KDM itu di Prabumulih dan Palembang, begitu terkenal.
"Bapak berjalan kaki pakai sepatu apa? Kan itu panas kalau siang hari di jalan raya?” tanya Dedi.
4. Sopir Taksi Online Asal Sulsel
Tak hanya itu, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi tersenyum saat bercerita mengenai persoalan sopir taksi online bernama Adrian Biralino asal Desa Korolama, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah.
Adrian mengaku menjadi fans berat Dedi Mulyadi. Sopir taksi online itu lalu curhat gagal diongkosi pulang oleh Dedi Mulyadi.
"Ramai saya lihat ada tamu sudah disiapkan tiket oleh Agung (staf Dedi Mulyadi) melalui Tanjung Priok tetap lewat Surabaya," kata Dedi Mulyadi dikutip TribunJakarta.com dari akun instagram @dedimulyadi71, Minggu (1/6/2025).
Politikus Gerindra itu menduga Agung sebagai ASN yang menjadi staf baru Dedi Mulyadi belum terbiasa dengan cara kerjanya.
Sehingga, Mantan Bupati Purwakarta itu menduga staf tersebut belum mengeri bahwa tiket kapal harus beserta kendaraannya.
"Dibelikan tiket tapi sebenarnya tidak usah menjadi sesuatu yang ramai andaikata Agung lupa membelikan tiket untuk mobilnya, abang inikan sudah saya bekelin cukup untuk beli tiket mobilnya sebenarnya," kata Dedi.
Daripada, kata Dedi, membuang tiket tiga orang kemudian lewat pelabuhan di Surabaya.
Padahal, Dedi mengatakan sopir taksi online itu tetap bisa pulang ke kediamannya melalui Pelabuhan Tanjung Priok dengan menambah satu tiket kendaraan.
"Kan saya sudah nitip uang untuk beli tiketnya ga usah sebutin jumlahnya berapa menurut saya itu cukup untuk lima orang naik kapal laut uangnya, kalau untuk beli satu tiket mobil juga ga ada masalah itu gampang banget daripada bercerita kemana-mana sudahlah ga apa-apa," jelas Dedi.
Dedi pun merasa bersalah karena Adrian yang seharusnya pulang lewat pelabuhan di Jakarta akhirnya malah melalui Surabaya.
Akhirnya, Dedi meminta stafnya untuk mentransfer sejumlah uang kepada Adrian untuk mengganti dana perjalanan dari Bandung ke Surabaya bahkan sampai Morowali Utara.
"Menurut saya uang itu cukup, sangat cukup, dan bahkan lebih," katanya.
Mantan Anggota DPR RI itu juga menyinggung Adrian yang menginap di Hotel Bintang Lima di Bandung secara gratis.
"Barangkali dianggap piknik, abang juga menikmati di bandung selama tiga hari gratis nginep di hotel bintang lima," katanya.
Ia pun berpesan agar dapat bersyukur dari yang didapatkan. Kemudian bercerita sesuatu yang baik terhadap diri kita.
"Jangan hanya bercerita keluar ketika mendapat kekecewaan," kata Dedi.
Adrian sempat curhat gagal diongkosi pulang. Ia pun memberikan klarifikasinya terkait kejadian itu.
Publik sempat bertanya-tanya kenapa Adrian bersama keluarganya pulang lewat Surabaya, bukan Jakarta.
Ternyata sopir tersebut batal diongkosi pulang oleh Dedi Mulyadi. Hal itu disebabkan karena kesalahan dari staf Dedi Mulyadi bernama Agung.
"Terkait dengan masalah itu memang bapak sudah arahkan ke Pak Agung staf bapak untuk mengurus tiket kami dari Tanjung Priok ke Makassar, namun Pak Agung mengurus tiket tersebut hanya ngurus tiket tiga orang, saya, istri dan anak sementara mobil kami tidak termasuk," katanya.
Menurut Adrian, kondisi itu memperberatnya karena dia harus mengeluarkan ongkos lagi untuk biaya angkut mobil ke kapal di Tanjung Priok.
"Jauh lebih besar anggarannya, dibandingkan saya mengarah ke Surabaya. Jadi karena kesalahan teknis dari Pak Agung, yang hanya membeli tiket untuk kami sementara mobil tidak."
"Dan kalau tahu dari awal saya harus membeli tiket untuk itu mungkin sekitar 8 jutaan mungkin dari Tanjung Priok ke Makassar, saya ralat mendingan ke Surabaya saya hanya mengeluarkan dana sekitar Rp 5 juta sudah plus mobil kami," jelasnya.
Adrian sudah meminta kepada Agung untuk membatalkan tiket kapalnya dari Tanjung Priok ke Makassar. Namun, belum ada jawaban.
"Jawaban Pak Agung, nanti saya coba batalkan, karena tidak informasi selanjutnya dari Pak Agung ke kami sehingga kami ambil keputusan berangkat, karena kalau menunggu lagi nanti disangka lagi niat kami datang ke sana menunggu bantuan dari Pak Dedi," katanya.
Diketahui, Adrian nekat mengendarai mobil dari kampungnya menyeberang laut hanya demi bertemu Dedi Mulyadi di Jawa Barat.
Dedi Mulyadi lalu menemuinya di sebuah kafe sembari mengobrol.
"Saking nge-fansnya sama bapak. Sampai dibela-dibelain tiga bulan cari ongkos untuk ke sini pak. Saking nge-fansnya karena baru kali ini bangsa ini punya pemimpin seperti bapak," ujar sopir tersebut. (TribunJakarta/TribunJabar)
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.