Kesaksian Baru Agam Soal Juliana Jatuh ke Jurang Rinjani, Kondisi TKP Bikin Ngeri: Takut Dicolek

Baru terkuak kondisi sebenarnya saat pemandu Agam Rinjani pertama kali menemukan jasad pendaki Brasil, Juliana Marins yang terjatuh ke jurang Rinjani.

Editor: Wahyu Septiana
Kompas.com/Krisda Tiofani/Instagram @ajulianamarins
AGAM DICAP PAHLAWAN - Abd Haris Agam atau yang akrab dikenal Agam Rinjani, salah satu tim evakuasi turis Brasil, Juliana Marins, di jurang Gunung Rinjani. Baru terkuak kondisi sebenarnya saat pemandu Agam Rinjani pertama kali menemukan jasad pendaki Brasil, Juliana Marins yang terjatuh ke jurang Rinjani. 

Saat hendak menggapai jasad Juliana Marins, Agam dan rombongan tim penyelamat sempat mendapatkan kesulitan.

Momen hendak turun diwarnai aksi mengerikan batu yang tiba-tiba jatuh dari atas.

"Kami takut ada batu jatuh sehingga itu justru membahayakan tim dan evakuasi sendiri,” katanya. 

Hal lain yang menjadi sorotan saat pertama kali Agam melihat dan mengetahui lokasi jasad Juliana Marins.

Agam tak berani langsung mengevakuasi jasad Juliana pada saat tiba di TKP tengah malam.

Ia lebih memih memeriksa kondisi korban pada keesokan hari atau sudah ada matahari.

“Kami evakuasi pada saat pagi hari, karena kalau malam takut juga," ujarnya. 

“Jadi kami membungkus saat pagi hari,” katanya. 

Di TKP (tempat kejadian perkara), sudah banyak darah yang terlihat dari tubuh Juliana.

Bercak darah itu tampak tersebar dari titik atas lokasi Juliana jatuh hingga tersangkut di titik 590 meter.

EVAKUASI TERSULIT - Relawan di Gunung Rinjani, Agam menyebut bahwa evakuasi pendaki Brasil, Juliana Marins merupakan evakuasi tersulit selama 9 tahun menjadi relawan. (Tangkapan layar YIM Official dan Instagram Agam Rinjani).
EVAKUASI TERSULIT - Relawan di Gunung Rinjani, Agam menyebut bahwa evakuasi pendaki Brasil, Juliana Marins merupakan evakuasi tersulit selama 9 tahun menjadi relawan. (Tangkapan layar YIM Official dan Instagram Agam Rinjani). (Tangkapan layar YIM Official dan Instagram Agam Rinjani)

"Saya lihat korban di sini (kepala kanan) retak, tangannya patah, kaki, pinggul patah. Terus darah semua di bawah. Bekas darah di batu-batu besar," ujar Agam Rinjani.

Ada kejadian menarik perhatian saat malam hari di TKP kejadian.

Agam dan tim harus bermalam di jurang kedalaman 590 meter dengan peralatan seadanya yang dibawa.

Mereka tidur tanpa tenda karena harus bergelantung di jurang.

Mereka semua tidur dengan terikat tali menggunakan sleeping bag atau kantong tidur dengan jaket seadanya.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved