Duka Pengantin Baru, Perasaan Febriani Campur Aduk Usai Pelukan Sang Istri Lepas Saat KMP Tunu Karam
Duka pengantin baru korban KMP Tunu yang karam di Selat Bali, Rabu (2/7/2025). Perasaan Febriani campur aduk usai pelukan sang istri lepas.
TRIBUNJAKARTA.COM - Duka pengantin baru dialami Febriani (27) yang belum genap dua pekan membina rumah tangga.
Perasaan Febriani campur aduk setelah pelukan sang istri bernama Cahyani terlepas saat Kapal Motor Penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya karam di Selat Bali pada Rabu (2/7/2025) malam.
Ia pun mendapatkan kabar duka saat berada di Posko ASDP Gilimanuk. Istri Febriani, Cahyani telah ditemukan namun meninggal dunia.
Febriani diberi kesempatan untuk melihat wajah istrinya. Ketika kantong jenazah dibuka.
Tangis Febriani langsung pecah, dan segera ditenangkan oleh kerabatnya.
KMP Tunu Pratama Jaya berlayar dari Pelabuhan Ketapang, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur menuju Pelabuhan Gilimanuk, Kabupaten Jembrana.
Berdasarkan laporan petugas di lapangan, kapal tenggelam pada pukul 23.35 WIB di koordinat 8° 9'32.35"S 114°25'6.38"E.
Data manifest sementara, kapal mengangkut 53 orang penumpang, 12 orang awak kapal, serta 22 unit kendaraan dari berbagai golongan. Hingga Kamis (3/7/2025) pukul 21.00 WITA, sebanyak 29 penumpang telah dievakuasi dalam kondisi selamat, sedangkan 6 penumpang ditemukan meninggal dunia dan 30 orang lagi masih proses pencarian.
Tangis dan duka mendalam menyelimuti Febriani. Ia benar-benar tak menyangka perjalanan singkat menyeberang selat Bali, berujung perpisahan abadi.
“Kejadiannya begitu cepat. Tidak ada yang mengira kapal KMP Tunu Pratama Jaya akan tenggelam,” ucapnya ditemui di Posko ASDP Gilimanuk, Kabupaten Jembrana, Kamis (3/7/2025).
Febriani dan Cahyani (30) sama-sama merantau ke Denpasar untuk bekerja. Keduanya memutuskan pulang kampung di Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi untuk menikah pada tanggal 20 Juni 2025 lalu.

Kemudian 12 hari menikah, Febriani memutuskan kembali merantau ke Denpasar untuk bekerja.
Jejak sang suami pun diikuti istrinya, hingga keduanya memesan travel untuk mengantar perjalanan.
“Kami berangkat pukul 22.00 Wita, sampai Pelabuhan Ketapang sekitar pukul 22.30 Wita, dan langsung naik kapal,” ujarnya.
Sebagai orang yang sering melakoni perjalanan Bali-Jawa, Febriani merasa olengnya kapal yang ia rasakan saat itu adalah hal biasa.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.