Perang Terbuka Pramono dan Dedi Mulyadi: Pengamat Samakan dengan Messi Vs Ronaldo hingga Elclasico

Pengamat politik membaca adanya perang dingin antara Gubernur Jakarta Pramono Anung dan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.

Dedi Mulyadi (KOMPAS.COM/FARIDA) dan Pramono (Instagram @pramonoanungw)
DUA GUBERNUR - Kolase foto Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat berkantor di Kantor Bupati Karawang, Selasa (4/3/2025) dan Gubernur Jakarta Pramono Anung meninjau banjir Jakarta dari helikopter, Kamis (6/3/2025). Kedua gubernur itu menyoroti banjir Bekasi. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Pengamat politik Adi Prayitno membaca adanya perang dingin antara Gubernur Jakarta Pramono Anung dan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.

Menurutnya hal itu terlihat pada Rapat Koordinasi Penguatan Sinergi Pemberantasan Korupsi yang digelar KPK di Jakarta, Kamis (10/7/2025) lalu.

Pramono menyindir kemacetan di Bandung yang sudah mengalahkan Jakarta.

Sebelumnya, keduanya juga berpolemik soal banjir Jakarta yang disebut kiriman Bogor.

Menurut Adi, saling sindir Pramono dengan Dedi Mulyadi adalah perang terbuka secara politik.

"Jadi secara tidak langsung inilah yang kita sebut sebagai balas pantun politik, sindir-menyindir dan bahkan bisa disebut sebagai perang terbuka antara dua gubernur," kata Adi di channel Youtubenya (@adiprayitnoofficial), tayang Minggu (13/7/2025).

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia itu memandang rivalitas politik dua gubernur ini baik.

Keduanya bisa semakin maksimal dalam menunjukkan kebolehan masing-masing dalam memimpin daerahnya.

Pada akhirnya, masyarakat yang diuntungkan jika pemimpinnya berlomba-lomba membuat kebijakan terbaik sehingga bisa tampil unggul.

"Saya kira rivalitas dalam politik itu menjadi penting. Yang paling penting adalah rivalitas ini diwujudkan dan didesain sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas kepemimpinan, sebagai upaya untuk menciptakan bagaimana kebijakan-kebijakannya itu semakin populer dan pro rakyat dan mampu menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada."

Adi menyebut sejumlah persoalan jamak di masyarakat yang keberhasilan penanganannya bisa dipamerkan Pramono maupun Dedi Mulyadi, termasuk banjir dan macet.

"Bagi saya ketika ada saling sindir antara Pramono Anung dengan Kang Dedi Mulyadi ditentu di hari-hari berikutnya sampai lima tahun yang akan datang. Baik Kang Didi Mulyadi ataupun Pramono Anung di daerahnya masing-masing tinggal pamer tunjukkan kepada publik apa solusi-solusi konkrit yang sudah diperbuat untuk daerahnya masing-masing terkait dengan kemiskinan, pengangguran dan seterusnya dan seterusnya, termasuk juga soal macet terkait dengan banjir," paparnya.

Adi menyamakan rivalitas Pramono dan Dedi Mulyadi dengan persaingan Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo di dunia sepak bola.

Menurut Adi, dua pemain terbaik sepak bola dunia, setidaknya 10 tahun terakhir, itu membuat keduanya semakin memacu kualitas diri masing-masing.

Capaian jumlah gol hingga piala di berbagai kompetisi menjadi salah satu indikator penentu siapa yang lebih baik di antara kedunya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved