Pengamat soal Pramono Vs Dedi Mulyadi: Rivalitasnya agak sengit bukan hanya The Jak dengan Bobotoh
Pramono vs Dedi Mulyadi disebut tak kalah sengit layaknya Jakmania dan Bobotoh dalam mendukung tim kebanggaannya masing-masing.
TRIBUNJAKARTA.COM - Pengamat politik Adi Prayitno melihat polemik, hingga disebut perang terbuka, antara Gubernur Jakarta Pramono Anung dengan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi sama panasnya dengan rivalitas suporter bola.
Pramono vs Dedi Mulyadi disebut tak kalah sengit layaknya Jakmania dan Bobotoh dalam mendukung tim kebanggaannya masing-masing, Persija Jakarta dan Persib Bandung.
Terlebih, Pramono memang mendaku diri Jakmania, dan Dedi Mulyadi pendukung Persib yang menunjukkana aksi nyata memberi bonus kala merenggut juara Liga 1 2024-2025 kemarin.
"Pada saat yang bersaman banyak juga yang mengatakan bahwa ternyata ya yang rivalitasnya itu agak sengit bukan hanya The Jak Persija dengan Bobotoh sebagai pendukungnya Persib," kata Adi di channel Youtubenya (@adiprayitnoofficial), tayang Minggu (13/7/2025).
Adi melihat rivalitas Pramono dan Dedi Mulyadi mencuat pada rapat Koordinasi Penguatan Sinergi Pemberantasan Korupsi yang digelar KPK di Jakarta, Kamis (10/7/2025) lalu.
Pramono menyindir kemacetan di Bandung yang sudah mengalahkan Jakarta.
Sebelumnya, keduanya juga berpolemik soal banjir Jakarta yang disebut kiriman Bogor.
Menurut Adi, saling sindir Pramono dengan Dedi Mulyadi adalah perang dingin, bahkan bisa juga disebut perang terbuka secara politik.
"Bagaimana ada realitas yang kemudian bisa kita saksikan ada perang dingin, saling sindir dan bahkan ada yang menyebut perang terbuka antara Gubernur Jakarta dengan Gubernur Jawa Barat," kata Adi di channel Youtubenya (@adiprayitnoofficial), tayang Minggu (13/7/2025).
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia itu memandang rivalitas politik dua gubernur ini baik.
Keduanya bisa semakin maksimal dalam menunjukkan kebolehan masing-masing dalam memimpin daerahnya.
Pada akhirnya, masyarakat yang diuntungkan jika pemimpinnya berlomba-lomba membuat kebijakan terbaik sehingga bisa tampil unggul.
"Saya kira rivalitas dalam politik itu menjadi penting. Yang paling penting adalah rivalitas ini diwujudkan dan didesain sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas kepemimpinan, sebagai upaya untuk menciptakan bagaimana kebijakan-kebijakannya itu semakin populer dan pro rakyat dan mampu menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada."
Adi menyebut sejumlah persoalan jamak di masyarakat yang keberhasilan penanganannya bisa dipamerkan Pramono maupun Dedi Mulyadi, termasuk banjir dan macet.
"Bagi saya ketika ada saling sindir antara Pramono Anung dengan Kang Dedi Mulyadi ditentu di hari-hari berikutnya sampai lima tahun yang akan datang. Baik Kang Didi Mulyadi ataupun Pramono Anung di daerahnya masing-masing tinggal pamer tunjukkan kepada publik apa solusi-solusi konkrit yang sudah diperbuat untuk daerahnya masing-masing terkait dengan kemiskinan, pengangguran dan seterusnya dan seterusnya, termasuk juga soal macet terkait dengan banjir," paparnya.
Temui Gubernur Pramono, NasDem Bahas Berbagai Isu di Jakarta: Dari Macet Sampai Sampai Kesehatan |
![]() |
---|
Wanti-wanti Sekolah, Gubernur Pramono Anung Tegas Larang Pelajar Jakarta Ikut Aksi Demo |
![]() |
---|
Ketua DPRD Jakarta Dukung Kebijakan Gubernur Pramono Soal Diskon Pajak Hotel dan Restoran |
![]() |
---|
Jakarta Siapkan Beasiswa Setara LPDP Lewat Pengembangan KJMU, Bisa Kuliah S2 dan S3 Gratis! |
![]() |
---|
Perkuat Identitas Budaya, Bamus Betawi Serahkan Draf Revisi Perda Pelestarian Kebudayaan ke Pramono |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.