Ortu Tak Bisa Bayar Seragam Rp 1,1 juta Ditransfer ke Kepsek, Siswa SDN Tangsel Terancam Tak Sekolah

Ortu Tak Bisa Bayar Seragam Rp 1,1 juta Ditransfer ke Kepsek, Siswa SDN Tangsel Terancam Tak Sekolah

Kompas.com
Ilustrasi siswa SD - Seorang siswa di SDN Cileduk Barat, Tangerang Selatan terancam tak bisa sekolah lantaran orangtuanya tak mampu membayar uang seragam senilai Rp 1,1 juta. Uang seragam itu meliputi biaya seragam pakaian muslim, baju batik, rompi, topi, atribut, serta buku paket pelajaran.  

TRIBUNJAKARTA.COM - Seorang siswa di SDN Cileduk Barat, Tangerang Selatan terancam tak bisa sekolah lantaran orangtuanya tak mampu membayar uang seragam senilai Rp 1,1 juta.

Uang seragam itu meliputi biaya seragam pakaian muslim, baju batik, rompi, topi, atribut, serta buku paket pelajaran. 

Wali murid bernama Nur Febri Susanti merasa kebingungan.

Anaknya terancam tak bersekolah karena dirinya tak memiliki cukup uang untuk membayar seluruh uang seragam tersebut.

Adapun uang seragam itu disebut harus segera lunas dan ditransfer ke rekening pribadi kepala sekolah.

"Anak saya sudah diterima, tapi saat daftar ulang disodori daftar biaya seragam Rp1,1 juta. Itu harus lunas dan ditransfer ke rekening pribadi kepala sekolah," kata Febri saat ditemui di rumahnya di kawasan Benda Baru, Pamulang, Rabu (16/7/2025), dikutip dari TribunTangerang.

Saat meminta solusi kepada pihak sekolah, Nur Febri malah mendapat jawaban tak terduga.

Ia mengatakan, kepala sekolah SD tersebut malah meminta dirinya untuk mencari sekolah lain untuk anaknya apabila tak sanggup membayar.

"Kepala sekolahnya bilang, kalau saya tidak sanggup, lebih baik cari sekolah lain saja," ungkapnya.

Padahal kata Nur Febri, anaknya sudah diterima di SDN Cileduk Barat itu.

Hanya saja Nur Febri keberatan saat disodori rincian biaya seragam senilai Rp 1,1 juta ketika mendaftar ulang.

Menurutnya, nominal itu tidak wajar. Apalagi di sekolah negeri yang seharusnya mengedepankan sistem sekolah gratis.

Ia yang hanya seorang pedagang pempek memiliki keterbatasan ekonomi sehingga merasa keberatan apabila diminta harus langsung melunasi rincian biaya tersebut. 

Sementara suaminya, hanya berprofesi sebagai tukang parkir di kawasan Rempoa Ciputat.

"Kalau bisa dicicil, mungkin kami masih bisa usahakan. Tapi ini diminta langsung, tanpa opsi," ujarnya.

(TribunTangerang)

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved