Sisi Lain Metropolitan

Kisah Sukirwan dan Perahu Eretan yang Bertahan di Tengah Gemerlap Jakarta

Di tengah hiruk-pikuk Jakarta yang makin padat dan modern, siapa sangka masih ada perahu eretan yang setia melintasi aliran Kali Ciliwung.

Tribunjakarta/Elga Hikari Putra
Sukirwan (80) penarik perahu eretan yang masih melayani penumpang di aliran Kali Ciliwung, tepatnya di perbatasan Tanah Abang dan Palmerah. TRIBUNJAKARTA.COM/ELGA PUTRA 

Selama berada di Jakarta, tak hanya bekerja, Sukirwan juga tidur di atas perahunya sendiri.

"Tidur ya di sini (perahu). Kalau mandinya di toilet umum," kata dia.

Untuk menghemat pengeluaran selama di Jakarta, ia membawa beras dari kampung.

"Beras saya bawa sekarung dari kampung. Nanti masaknya di magic com. Lauknya beli di warteg, kadang sayur, kadang pakai telur," ujarnya.

Hidup di aliran kali dan tidur di atas perahu, Sukirman mengaku banyak pengalaman yang dirasakannya.

Misalnya melihat mayat yang mengambang di aliran kali hingga merasakan saat Jakarta dilanda banjir besar di tahun 2002 dan 2007.

“Pas banjir 2002 sama 2007 saya di sini. Airnya tinggi banget. Seminggu itu gabisa narik karena kan banjirnya besar sekali,” kenang Sukirwan.

Sementara itu, untuk daya tahan perahu, ia menyebut bisa kuat sampai 10 tahun. Sebab, ia menggunakan kayu damar laut yang disebutnya lebih tahan lama.

"Kalau perawatan paling di dempulin aja bagian bawahnya yang suka pada rembes," kata Sukirwan.

Bisa dibilang, perahu eretan Sukirwan bukan sekadar moda transportasi lawas.

Ia adalah simbol ketahanan tradisi di tengah modernisasi.

Di saat Jakarta berlari dengan MRT dan LRT, masih ada satu perahu kecil yang tetap bergerak dengan tenaga manusia dan hati nurani.

Ia pun mengaku setuju saja jika bantaran Kali Ciliwung disulap menjadi tempat nongkrong yang kekinian seperti gagasan dari Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung.

Yang terpenting, ia masih diperbolehkan untuk mencari nafkah dengan mengantarkan warga yang ingin menyeberang di aliran Kali Ciliwung.

“Saya cuma mau cari nafkah. Sampai hari ini masih kuat, belum pernah sakit,” tutup Sukirwan dengan senyum mengambang di wajahnya yang legam diterpa matahari dan waktu.

Sejumlah warga pun mengaku masih membutuhkan keberadaan perahu eretan di aliran Kali Ciliwung.

"Karena kalau muter jauh, jadi lebih cepat naik eretan kayak begini. Ini udah ada dari dulu," ujar Diki (23) warga yang tengah menaiki eretan Sukirwan.

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved