Cerita Kriminal

Terkendala Bahasa, Imigrasi Jaksel Masih Gali Pengakuan 11 WNA China Sindikat Penipuan Internasional

Imigrasi Jakarta Selatan masih menginterogasi 11 WNA asal China sindikat penipuan online internasional. Mereka terkendala bahasa.

Annas Furqon Hakim/TribunJakarta.com
SINDIKAT PENIPUAN INTERNASIONAL - Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Nicolas Ary Lilipaly mengecek rumah mewah di kawasan Cilandak yang dijadikan sebagai markas sindikat penipuan online internasional, Rabu (30/7/2025). Imigrasi Jakarta Selatan masih menginterogasi 11 WNA asal China sindikat penipuan online internasional. Mereka terkendala bahasa. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Annas Furqon Hakim

TRIBUNJAKARTA.COM, KEBAYORAN BARU - Petugas Kantor Imigrasi Jakarta Selatan masih menginterogasi 11 warga negara asing (WNA) asal China sindikat penipuan online internasional.

Kasi Informasi Kantor Imigrasi Jakarta Selatan, Oktinardo, mengatakan petugas mengalami kendala karena 11 WNA China itu tidak bisa berbahasa Inggris.

Menurut pria yang akrab disapa Ardo,l itu, pemeriksaan terhadap satu orang bisa berlangsung sehari penuh.

"Sekarang masih dalam tahap pemeriksaan. Karena orangnya banyak ada 11 orang. Mereka juga gak bisa bahasa inggris jadi kita periksanya harus pelan-pelan satu orang bisa seharian," kata Ardo, Selasa (5/8/2025).

Berdasarkan temuan awal, jelas Ardo, para WNA tersebut tidak memiliki dokumen keimigrasian apapun termasuk paspor.

"Jadi untuk temuan awal, sampai saat ini mereka tidak atau belum bisa menunjukkan dokumen keimigrasiannya. Paspor dan sebagainya," ujar dia.

11 WNA China itu sebelumnya ditangkap di sebuah rumah mewah di Jalan Pertanian Raya, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan.

Mereka diketahui sudah menempati rumah tersebut selama sekitar lima bulan sejak Maret 2025 lalu.

Para pelaku memasang peredam suara di sejumlah ruangan di lantai dua yang dijadikan sebagai tempat operasional melakukan penipuan online.

Selain itu, terdapat lima bilik yang terbuat dari triplek dan dilapis busa di lantai satu. Bilik itu digunakan saat para pelaku menelepon calon korbannya.

"Modus mereka di mana rumah ini dijadikan tempat markas mereka. Mereka membuat peredam suara di pintu, di jendela pun ada," ungkap Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Nicolas Ary Lilipaly.

Mereka mempekerjakan dua warga negara Indonesia (WNI) sebagai asisten rumah tangga (ART). Namun, kedua ART itu dilarang memasuki ruangan manapun selain dapur.

"Jadi pembantu rumah tangga cukup di bawah saja, di dapur saja, dan tidak boleh masuk ke dalam untuk melakukan atau melihat ataupun mendengar aktivitas mereka," ujar Nicolas.

Ia mengatakan, para pelaku berpura-pura menjadi anggota polisi Distrik Wuhan ketika menipu calon korbannya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved