5 Fakta Dea Permata Karisma Tewas Mengenaskan Setelah Diteror, Jerit Ketakutan ART Gegerkan Warga

Dea Permata Karisma (27) tewas mengenaskan di Purwakarta setelah mengalami teror, Selasa (13/8/2025). Jerit ketakutan ART gegerkan warga.

Tribun Jabar/Deanza Falevi
MAYAT WANITA MUDA - Wanita muda bernama Dea Permata Karisma (27) ditemukan tewas bersimbah darah di kediamannya yang berada di Desa Jatimekar, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (12/8/2025) siang. Ayah korban bernama Sukarno (65) bercerita putrinya sempat mendapatkan ancaman oleh seseorang. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Wanita muda bernama Dea Permata Karisma (27) tewas setelah mengalami teror pada Selasa (13/8/2025).

Dea tewas mengenaskan di kediamannya di Komplek PJT II Blok D, Desa Jatimekar, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Dea Permata Karisma, bekerja sebagai HRD di perusahaan swasta di Purwakarta 

Jasad Dea Permata Karisma ditemukan bersimbah darah dengan sejumlah luka tusuk.

Detik-detik penemuan jasad Dea berawal dari teriakan ketakutan Asisten Rumah Tangga (ART) korban yang menggegerkan warga.

TribunJakarta.com merangkum lima fakta kasus dugaan pembunuhan Dea Permata Karisma:

1. Terima Ancaman

Dea Permata Karisma tewas sekira pukul 14.30 WIB, Selasa (13/8/2025).

Ayah korban bernama Sukarno (65) bercerita putrinya sempat mendapatkan ancaman oleh seseorang.

‎"Sempat cerita, rumah tuh dilempari cat, kemudian juga orang yang ngancam itu pernah masuk ke dalam rumah juga," kata Sukarno kepada Tribunjabar.id di lokasi kejadian, Selasa (12/8/2025).

‎Selain ancaman tersebut, Sukarno mengatakan, anaknya juga diancam pembunuhan melalui pesan singkat WhatsApp.

‎Yuli Ismawati (55), ibu dari korban membenarkan hal tersebut terkait ancaman yang dialami anaknya.

‎Yuli sebagai orangtua menyarankan untuk melaporkan ancaman tersebut ke pihak kepolisian dan memasang CCTV di kediamannya.

‎"Sudah lapor Babinsa, sampai ke Polsek Jatiluhur, tapi engga ada yang datang," kata Yuli sambil menangis.

2. Diancam Tiga Bulan

Ibu korban, Yuli Ismawati tak kuasa menahan tangis melihat putrinya tewas bersimbah darah.

Yuli terlihat menangis ditemani suaminya, Sukarno. Tetangga yang datang mencoba menguatkan dengan memeluk dan merangkul Yuli.

Sementara tetangga yang lain juga mencoba menenangkan Sukarno yang duduk di sebelah Yuli.

Raut muka syok terlihat dari keduanya. Sukarno (65) mengungkapkan bahwa sebelum kejadian, sang anak sempat mengalami berbagai bentuk teror dari seseorang yang tidak dikenal.

‎"Pernah cerita, sempat diancam berturut-turut selama tiga bulan. Bahkan orang itu sempat masuk ke dalam rumah juga dipergoki oleh pembantu, pas itu langsung kabur," ujar Sukarno saat ditemui di lokasi kejadian, Selasa (12/8/2025).

‎Ancaman tersebut rupanya bukan hanya teror langsung. Sukarno mengatakan, Dea juga sempat menerima pesan bernada ancaman pembunuhan melalui aplikasi WhatsApp.

‎Hal ini dibenarkan oleh ibunya, Yuli Ismawati (55), yang juga menyarankan agar putrinya melaporkan ancaman itu ke pihak berwenang.

‎"Sudah kami laporkan ke Babinsa, bahkan sampai ke Polsek Jatiluhur. Tapi tidak ada satu pun yang datang menindaklanjuti," ucap Yuli sambil menangis terisak..

3. Teriakan Ketakutan ART

Orang pertama yang menemukan Dea Permata Karisma adalah pembantunya. Pembunuhan itu diduga dilakukan siang.

Soalnya, tetangga korban sempat bersama korban berbelanja.

Detik-detik terakhir Dea Permata Karisma sebelum dibunuh itu diungkap tetangganya yang bernama Salbiah.

‎"Tadi sekitar jam 10 pagi, saya mau beli sayur. Bu Dea juga keluar, kayaknya mau belanja. Jam 11 siang, kami pulang hampir bersamaan," ujar Salbiah.

‎Saat itu, kata Salbiah, Dea terlihat normal.

"Saya sempat sapa dia yang lagi makan. Dia bilang buru-buru karena mau hujan dan jemurannya banyak," ujar Salbiah.

‎Tak disangka, beberapa jam kemudian, pembantu Dea berlari ketakutan sambil berteriak, "Ibu-ibu, Bu Dea dibunuh," kata Salbiah menirukan pembantu korban.

‎Salbiah dan warga lain langsung bergegas ke rumah Dea.

"Saya mau masuk, tapi di depan pintu ke dapur sudah ada jejak darah. Saya enggak berani lanjut, takut. Kayak bekas kaki habis menginjak darah," katanya.

4. Sosok Korban

Tetangga korban, Salbilah mengungkapkan Dea dikenal sebagai sosok ramah.

‎"Dia baik, suka bergaul sama semua orang. Saya enggak dengar dia punya masalah dengan siapa pun," ungkapnya.

‎Ia mengatakan, Dea tinggal berdua dengan pembantunya, sementara suaminya bekerja di Perum Jasa Tirta (PJT) II, dan pulang pada malam hari.

‎Ia menyebutkan, kejadian terungkap ketika pembantu Dea pulang dari warung sekitar jam 13.00 WIB.

‎"Dia disuruh beli minuman. Pas balik, langsung nemuin Bu Dea sudah tidak bernyawa," kata Salbiah. 

Sedangkan, adik kandung Dea, Rafi Karisma (19). menyebutkan bahwa korban merupakan anak kedua dari lima bersaudara.

‎"Terakhir ketemu hari Sabtu (9/8) kemarin, kami sekeluarga main ke rumah sini yang di Jatiluhur," kata Rafi, Selasa (12/8/2025).

‎Ia mengatakan, Dea merupakan sosok yang penyayang kepada keluarga. 

"Teteh (Dea) mah baik, kalau ketemu kami adik-adiknya suka nawarin jajan," kata Rafi.

‎Rafi tak menyangka bahwa pertemuan dengan sang kakak pada akhir pekan tersebut menjadi hari terakhir pertemuannya.

‎Rafi pun mengungkapkan bahwa sang kakak sempat bercerita terkait ancaman yang dilakukan oleh seseorang.

‎"Ia pernah cerita ke keluarga, soal ancaman lewat WhatsApp," ucapnya.

5. Penjelasan Polisi

‎Kapolres Purwakarta, AKBP I Putu Dewa Gede Anom Jaya membenarkan atas peristiwa penemuan jasad wanita muda tersebut.

‎"Ya, memang benar pada sore ini ya pada hari Selasa (12/8) kami tim identifikasi dari Polres sedang melakukan olah TKP di rumah di belakang ini karena ada temuan seseorang dengan jenis kelamin perempuan dalam kondisi meninggal dunia," ujar Kapolres Purwakarta, AKBP I Dewa Putu Gede Anom Danujaya, dilokasi kejadian, Selasa (12/8/2025).

‎Anom belum membeberkan kondisi korban hingga kronologisnya.

Ia masih fokus dalam tahap penyelidikan. Jenazah korban langsung dibawa ke RS Sartika Asih di Bandung.

‎"Untuk sebab-sebab kematian kita lagi melaksanakan autopsi untuk memastikan sebab-sebab kematian dan juga melakukan penyelidikan untuk dapat menggambarkan secara utuh bagaimana peristiwa penyebab korban tersebut meninggal."

‎"Hasil identifikasi sementara luka yang di korban di mana saja dan berapa luka itu masih menunggu hasil autopsi," katanya.

‎Meski demikian, polisi memastikan jika penemuan mayat bersimbah darah ini akibat aksi kekerasan yang menyebabkan meninggal dunia.

Pihaknya sudah melakukan prosedur penyelidikan untuk mengungkap fakta-fakta yang terjadi

‎"Namun dugaan awal memang patut diduga meninggal karena dugaan ada dengan tindak pidana. Menunggu hasil otopsi."

‎"Secara umum memang kami temukan korban dalam kondisi meninggal dunia, kemudian ada kondisi dalam ada darah. Makanya oleh sebab itu kita melakukan otopsi untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab kematian," ujarnya.(TribunJakarta.com/TribunJabar)

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved