Politikus PAN Temukan 48 Anak di Kosambi Jakbar Putus Sekolah karena Ekonomi, Tak Tersentuh KJP

Puluhan anak di wilayah Kecamatan Cengkareng dan Kalideres, Jakarta Barat ternyata harus putus sekolah

|
Elga Hikari Putra/TribunJakarta.com
ANAK PUTUS SEKOLAH - Anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta, Lukmanul Hakim menemui anak-anak putus sekolah di Cengkareng, Jakarta Barat. Anak-anak tersebut tak lagi sekolah karena masalah ekonomi. TRIBUNJAKARTA.COM/ELGA PUTRA 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com Elga Hikari Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, CENGKARENG - Puluhan anak di wilayah Kecamatan Cengkareng dan Kalideres, Jakarta Barat ternyata harus putus sekolah karena faktor ekonomi.

Fenomena tersebut diungkap Anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta, Lukmanul Hakim, di mana tercatat sejauh ini ada 48 anak putus sekolah yang ditemukan pihaknya.

"Jadi ini fenomena gunung es di DKI Jakarta soal anak-anak putus sekolah," kata dia di Duri Kosambi, Cengkareng, Kamis (14/8/2025).

Politikus PAN itu mengatakan, mayoritas anak putus sekolah berada dari Kelurahan Duri Kosambi, Cengkareng, Semanan, dan Tegal Alur, Kalideres.

“Yang paling banyak dari Kosambi. Total ada 48 anak, sebagian besar masih SD, sebagian lainnya menuju SMP,” ujar Lukmanul.

Lukmanul mengatakan, dari hasil penelusuran timnya, penyebab utama anak-anak ini putus sekolah adalah faktor ekonomi keluarga. 

Banyak dari mereka merupakan anak yatim dengan orangtua yang menganggur, sehingga tidak mampu membiayai pendidikan.

“Sebagian besar orang tua mereka memang tidak mampu secara ekonomi. Ada yang yatim juga. Yang miris, mereka belum mendapatkan bantuan dari pemerintah seperti KJP,” ujarnya.

Lukmanul menyoroti masih banyaknya anak yang belum tersentuh bantuan pendidikan meski anggaran KJP DKI Jakarta mencapai triliunan rupiah.

“Kalau tidak keliru, anggaran subsidi KJP tahun 2026 sekitar Rp3,4 triliun. Tapi ternyata masih ada yang belum dapat,” tambahnya.

Terkait langkah lanjutan, Lukmanul menyebut pihaknya akan mendorong Dinas Pendidikan DKI Jakarta untuk menyekolahkan kembali anak-anak tersebut. Penyesuaian akan dilakukan berdasarkan usia.

“Nanti kita sarankan ke Pemda, dilihat usianya. Kalau usianya sudah 12 tahun tapi masih kelas 1 SD kan tidak cocok."

"Jadi bisa ke sekolah paket. Tapi pemerintah daerah yang akan mengatur. Tugas kami hanya menyampaikan bahwa ini masalah serius,” jelas Lukmanul.

Ia juga menyoroti program sekolah swasta gratis yang disebut belum merata. Di wilayah seperti Kosambi dan Semanan, fasilitas ini belum dirasakan masyarakat.

“Sekolah gratis itu bagus, tapi harusnya pemerintah riset dulu. Di mana saja daerah padat penduduk yang butuh sekolah. Jangan sampai ada program gratis tapi daerahnya nggak dapat,” tegasnya.

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved