Analis Ungkap Beda Joget Prabowo Gemoy dengan Anggota DPR, Massa Langsung Ngamuk: Kelar Itu!

Aksi joget Anggota DPR di Sidang Tahunan MPR RI, Jumat (15/8/2025) lalu, ditanggapi kemarahan masyarakat yang langsung menggelar demonstrasi

Anggota DPR (TV Parlemen) dan Prabowo (Instagram)
JOGET - Kolase foto Anggota DPR joget pada Sidang Tahunan MPR RI, Jumat (15/8/2025) dengan Prabowo Subianto joget saat kampanye menjadi capres pada Pilpres 2024. Kedua joget tersebut menimbulkan dampak yang berbeda. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Aksi joget Anggota DPR di Sidang Tahunan MPR RI, Jumat (15/8/2025) lalu, ditanggapi kemarahan masyarakat yang langsung menggelar demonstrasi hingga terjadi bentrokan.

Aksi joget itu berbeda dengan yang dilakukan Presiden Prabowo Subianto ketika masa kampanye Pilpres 2024 lalu. Dengan jargon gemoy, Prabowo kerap berjoget di depan massa pendukungnya.

Joget Prabowo tidak menimbulkan kemarahan, bahkan menyedot simpati dan terkonversi menjadi suara.

Fenomena itu dibaca  Analis Senior Drone Emprit, Yan Kurniawan, saat berbicara di Program Dialektika Madilog Forum, di Youtube @ForumKeadilanTV, tayang perdana Senin (25/8/2025).

Yan mengatakan, yang membedakan joget para wakil rakyat di parlemen dengan Prabowo semasa kampanye adalah konteksnya.

Pada momen Sidang Tahunan MPR RI, di daerah lain masyarakat tengah marah karena kenaikan pajak di Pati, Jawa Tengah dan Bone, Sulawesi Selatan.

Seperti diketahui, Kebijakan Bupati Pati, Sudewo, yang menaikkan Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan (PBB-P2) hingga 250 persen.

Hal itu memantik demo besar-besaran pada Rabu (13/8/2025) lalu yang sukses menekan DPRD Pati membentuk pansus hak angket yang berpotensi memakzulkan Bupati Sudewo.

Isu kenaikan PBB-P2 juga menyebar ke Bone. Mahasiswa dari PMII dan HMI melakukan aksi di depan Kantor Bupati Bone menuntut pembatalan kenaikan tarif, yang disebut mencapai 300 persen.

Di tengah kondisi kemarahan masyarakat dengan kebijakan pajak yang mencekik, Anggota DPR menunjukkan hal yang sebaliknya,

Terlebih, gaji dan tunjangan Anggota DPR yang disebut-sebut di atas Rp 100 juta perbulan yang menjadi sorotan, semakin membuat publik geram.

"Waktu Pak Presiden, Pak Prabowo dulu kampanye itu kan yang terkenal kan goyang gemoy, jadi joget itu, kan publik suka. Tapi kemarin ketika pidato kenegaraan 15 Agustus itu anggota DPR joget itu sumpah serapah publik. Apa bedanya?"

"Karena yang mereka (Anggota DPR) enggak lihat, posisi bagaimana sih perasaan publik saat itu konteksnya."

"Saat itu tuh Pati lagi naik, Bone lagi naik, Anda joget ya matilah Anda. Kelar itu," papar Yan.

Di sisi lain, joget gemoy Prabowo sesuai dengan konteks kampanye yang penuh keceriaan.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved