Surabaya Diteror Bom

Surabaya Diteror Bom, Mantan Simpatisan ISIS Ini Bongkar Fakta Tak Terduga 'Propaganda Mereka Indah'

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bom Surabaya

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Rr Dewi Kartika H

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Surabaya dan Sidoarjo diguncang teror bom.

Sejumlah serangan bom melibatkan satu keluarga.

Mulai dari keluarga Dita yang menyerang tiga gereja hingga keluarga Tri yang menyerang Polrestabes Surabaya.

Tak hanya itu bom juga meledak dari sebuah kamar di Rusun Wonocolo, Taman Sidoarjo.

Baca: Surabaya Diteror Bom, Tri Rismaharini Patroli Pakai Motor Trail, Netizen Soroti Bentuk Tubuhnya

Bom yang meledak tersebut adalah senjata makan tuan yang menewaskan keluarga Anton Febrianto.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian ungkap teror bom tersebut memiliki hubungan dengan ISIS.

Penelusuran TribunJakarta.com wanita mantan simpatisan ISIS bongkar fakta mengejutkan.

Apakah itu? Mari Kita simak kisah selengkapnya!

TONTON JUGA 

Ledakan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya diotaki oleh Dita Supriyanto dengan mengajak istrinya, Puji Kuswati dan empat anak mereka, yakni FS (12) dan PR (9), YF (18) dan FH (16).

Dita sebagai pentolan Jamaah Ansarud Daulah (JAD) meledakkan dirinya sambil membawa mobil menyerang Gereja Pantekosta Pusat Surabaya di Jalan Arjuno.

Sementara Puji Kuswati dan dua putrinya yakni FS dan PR meledakkan diri di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jalan Diponegoro Surabaya.

Sedangkan pelaku bom bunuh diri di Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya, adalah dua anak laku-laki Dita, yakni YF (18) dan FH (16).

Pada Minggu malam, setelah Surabaya geger setelah bom bunuh diri meledak di tiga gereja pada Minggu pagi, bom meledak dari sebuah kamar di Rusun Wonocolo, Taman Sidoarjo.

Baca: Jadi Juri Asia Next Top Model, Jessica Iskandar Bongkar Dapatkan Honor Segini Bayarannya Cucok

Bom yang meledak tersebut adalah senjata tuan yang memakan nyawa Anton Febrianto, istri dan anak keduanya, yakni Puspitasari dan AR.

Kapolda Jawa Timur Irjen Mahfud Arifin mengatakan keluarga Anton akan bertindak seperti keluarga Dita Supriyanto, otak bom bunuh diri yang mengajak istri dan keempat anaknya meledakkan bom di tiga gereja di Surabaya pada Minggu pagi.

Berselang beberapa jam kemudian bom kembali meledak, lokasinya tepat di depan pintu gerbang Polrestabes Surabaya.

Pelaku bom bunuh diri di Polrestabes Surabaya melibatkan satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan tiga anaknya. Semuanya tewas kecuali anak ketiga.

Para pelaku menurut kepolisian adalah satu keluarga terdiri dari suami istri bernama Tri Murtiono (50) dan Tri Ernawanti (43), dan ketiga anak mereka yakni Daffa (18), Dery (14), dan Aisyah (8).

Satu keluarga ini masuk ke dalam Polrestabes Surabaya berboncengan dengan dua motor.

Baca: Jelang Ramadan, Pemkot Jakarta Timur Buka Bazar Unggulan PIK dan OK OCE

Tak lama motor mereka diberhentikan petugas kepolisian yang berjaga di depan pos pintu masuk, bom meledak dan menewaskan Tri Murtiono, Tri Ernawanti, Daffa dan Dery.

Usai bom bunuh diri Aisyah sempat berdiri dan diselamatkan oleh Kasat Resnarkoba Polrestabes Surabaya AKBP Roni Faisal Saiful Fatron.

Mantan kombatan Ali Fauzi mengatakan di Indonesia baru pertama kali ini para pelaku teror bom mengajak semua anggota keluarganya.

Namun praktik semacam itu sudah biasa dilakukan para teroris di luar negeri seperti Suriah dan Irak.

"Di Indonesia memang baru pertama kali ini. Kalau di Suriah dan Irak sudah biasa," ungkap Ali kepada Surya.

Pelibatan seluruh anggota keluarga sudah biasa, contohnya dari Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, tiga saudara sekaligus adik, kakak, bahkan keponakan dan sepupu pernah terlibat dalam jaringan teroris.

"Tidak aneh lagi," ungkap dia.

Baca: Beginilah Kondisi Terkini Polisi yang Adang Bomber Bunuh Diri di Polrestabes Surabaya

Pola yang terjadi dengan melibatkan anggota keluarga memang mengadopsi praktik-praktik teror di luar negeri.

Para pelaku menganggap dengan aksi bersama dengan mengajak semua anggota keluarga ganjarannya surga.

Keyakinan itulah yang menyebabkan mereka sampai mengajak anggota keluarganya untuk mati bersama lewat teror bom.

Terkait sasaran di Surabaya, menurut Ali, karena selama ini sebagai reproduksi calon pengantin dan juga reproduksi bom.

Terpilihnya Jawa Timur juga terkait terbatasnya pendanaan.

Dengan memilih Jatim, mereka tidak perlu mengambil orang orang dari luar daerah.

Dalam pemahamannya, teror semacam ini masih menjadi ancaman di Indonesia.

Baca: Cegah Terorisme, Nia Dinata Ajak orang tua Lebih Dekat Lagi dengan Anak

Pola-pola ISIS ini, termasuk JAD, pengikutnya cukup banyak dan menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.

"Cukup banyak pengikut JAD," katanya.

Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan bahwa aksi teror yang terjadi di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur pada Minggu (13/5/2018) dan Senin (14/5/2018) pagi ini merupakan perintah dari kelompok teror global Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS.

"Kami sampaikan juga motifnya, serangan ini karena instruksi ISIS sentral. Mereka terdesak dan memerintahkan sel-sel lain di sluuruh dunia untuk bergerak," kata Kapolri Jendral Tito Karnavian dalam konferensi persnya di Surabaya, Minggu (13/5/2018).

Tito menjelaskan, serangan di Surabaya dan Sidoarjo ini bahkan terkait dengan serangan ISIS yang terjadi di Paris pada Sabtu (12/5/2018) lalu.

Tak hanya itu wanita yang melakukan pengeboman gereja di Surabaya dikabarkan baru saja pulang dari Suriah untuk mengikuti pelatihan ISIS.

"Mereka yang kembali dari Suriah ada 500 orang, termasuk di antaranya keluarga ini (pelaku)," kata Tito.

Baca: Ais, Anak Pelaku Bom Polrestabes Surabaya: Selamat Berkat Campur Tangan Tuhan dan Jago Bela Diri

Tito juga menambahkan jumlah WNI yang berangkat ke Suriah tercatat lebih dari 1.100 orang.

"Itu jadi tantangan kita karena mindset mereka ideologinya ISIS," tambah Tito.

Wanita memang diperbolehkan untuk bergabung dengan ISIS baik berstatus berkeluarga, janda, maupun masih single.

Mantan simpatisan ISIS, NKD yang kembali ke Indonesia pada pertengahan Agustus 2017 mengaku tertipu dengan rayuan yang diberikan ISIS.

Karena menurutnya rayuannya ini bikin dia seolah terhipnotis.

Baca: Marak Aksi Terorisme, Wali Kota Jakarta Selatan Perintahkan Camat dan Lurah Tingkatkan Siskamling

Dalam wawancaranya bersama Rosi di KompasTV, wanita 19 tahun ini tertarik bergabung dengan ISIS setelah membaca dari internet pada Kamis (14/9/2017).

Rayuan ISIS sangat menggoda NKD (inisial) untuk bergabung bersama mereka.

"Propaganda mereka bagus, indah, kehidupan di sana nyaman tentram damai penuh keadilan.

Jadi seperti sudah terbutakan.

Seperti berita kejelekan mereka hilang begitu saja," ujar Nurshadrina.

Namun sesampainya di sana, NKD justru diperlakukan tidak manusiawi.

Wanita yang belum menikah ini ditempatkan di asrama yang memiliki kepala asrama.

Baca: Sebuah Rumah di Kabupaten Tangerang Meledak, 3 Warga Terluka

Di asrama hampir setiap hari ada lelaki yang ingin menikahi wanita dalam asrama tersebut.

Hal senada juga dikatakan oleh L (inisal), yang juga bibi NKD.

L juga tergiur akan kehidupan yang lebih baik yang ditawarkan ISIS.

"Saya membayangkan orang-orang di sana berlomba-lomba dalam kebaikan, tapi nyatanya setelah sampai di sana banyak sekali kotoran-kotoran. Tidak seperti yang saya baca," ujar dia.

Di Indonesia sendiri beberapa kelompok sudah diindikasi memiliki keterkaitan dengan ISIS yaitu jaringan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) dan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Seperti pengebom gereja di Surabaya yang juga ketua dari JAD di Surabaya.

Berita Terkini