Dalam rilis lengkapnya, BNPB menjelaskan kondisi komunikasi lumpuh akibat listrik padam.
Namun, Tim SAR dan relawan menemukan beberapa korban meninggal akibat gempa dan tsunami di Kota Palu dan Donggala.
Sementara kerusakan masih terus didata. Informasi sementara yaitu gempa dan tsunami berdampak ke berbagai bangunan, mulai rumah, pusat perbelanjaan, hotel, rumah sakit, dan bangunan lainnya ambruk sebagian atau seluruhnya.
"Diperkirakan puluhan hingga ratusan orang belum dievakuasi dari reruntuhan bangunan," ungkap rilis BNPB kepada media.
Kerusakan juga melanda pusat perbelanjaan atau mal terbesar di Kota Palu, Mal Tatura di Jalan Emy Saelan. Di mana kondisi mal ambruk.
Sementara itu Hotel Roa-Roa berlantai delapan di Jalan Pattimura rata dengan tanah. Di hotel ini memiliki 80 kamar, dan 76 di antaranya terisi oleh tamu hotel yang menginap.
Selain itu di arena Festival Pesona Palu Nomoni, puluhan hingga seratusan orang pengisi acara, sebagian merupakan para penari, belum diketahui nasibnya hingga kini.
Dampak kerusakan akibat gempa dan tsunami juga melanda Rumah Sakit Anutapura di Jalan Kangkung, Kamonji, Kota Palu. Bangunan berlantai empat ini roboh.
Adapun jembatan Ponulele yang menghubungkan Donggala Barat dan Donggala Timur roboh. Jembatan yang menjadi ikon wisata Kota Palu ini roboh setelah diterjang gelombang Tsunami.
Dipastikan transportasi terganggu di jalur Trans Palu-Poso-Makassar karena tertutup longsor.
Pelabuhan Pantoloan paling parah
Sampai berita ini diturunkan, menurut BNPB setidaknya ada tujuh gardu induk PLN padam setelah gempa mengguncang Palu dan Donggala.
Saat ini baru 2 gardu induk yang bisa dihidupkan kembali.
Untuk jaringan komunikasi, di Donggala, Palu dan sekitarnya tidak dapat beroperasi karena pasokan listrik PLN putus. Terdapat 276 base station yang tidak dapat dapat digunakan.
Untuk bandara, dari lima, hanya Bandara Mutiara SIS Al-Jufri yang rusak parah namun bisa digunakan untuk kedaruratan dan operasional bantuan.