Saat usianya beranjak ke-15 atau 16 tahun, Aidit berkumpul dan mulai bergaul dengan buruh.
Tiap hari, Aidit kerap melihat perjuangan buruh itu berlumuran lumpur dan bermandi keringat.
Sementara di waktu yang bersamaan, para meneer Belanda dan tuan Inggris hidup hura-hura.
Adik Aidit, Murah menegaskan, pergaulan sang kakak dengan buruh mempengaruhi jalan pikiran dan sikap politiknya dikemudian hari. (TribunJakarta.com/Kurniawati Hasjanah)