Gempa di Donggala

Cerita Korban Gempa dan Tsunami Palu: Berjuang Hidup Dua Hari dengan Separuh Badan Tertanam di Tanah

Editor: Ilusi Insiroh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kubah Masjid Daarul Mataqin di Perumans Balaroa, Palu berserakan imbas gempa dan likuifaksi yang melanda wilayah ini.

Risni, ibunya, meninggal sehari sebelumnya.

Yusuf ayah Nurul berusaha menjaga kondisi putrinya.

Terlihat jelas bekas sisa nasi di piring dengan lauk telur dadar beserta botol air mineral.

Kondisi Nurul semakin parah karena di tempatnya terperangkap, terbentuk kubangan dari air PAM yang bocor.

Anggota tim mencoba mengajak Nurul mengobrol agar terus sadar.

Nurul juga diberi air minum agar tidak dehidrasi di tengah terik matahari.

"Saya mau tidur, pulang semua, apa kalian bikin dari rumah saya, jangan ganggu, saya mau tidur, pergi sana semua saja," Nurul berhalusinasi.

Miftahul Jannah Didiskualifikasi, Guntur Romli Tak Soroti Bahasa Inggris Pelatih Tapi Masalah Ini

Evakuasi berlangsung dramatis selama 14 jam.

Nurul segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif.

Kondisi tubuhnya sangat lemah.

Tangan dan kakinya keriput karena kedinginan terendam dalam kubangan tanah yang teraliri bocoran air PAM.

Badannya kram akibat terjepit dan terendam air.

Jasad ibunya juga dimasukkan ke dalam kantung mayat lalu dibawa ke rumah sakit setempat.

Dilansir dari Kompas.com, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan hingga kini masih ada sekitar lima ribu orang yang tertimbun.

Wilayah terparah yang terkena dampak likuifaksi adalah Balaroa dan Petobo. (GRID/Chandra Wulan)

Cerita Pasha Ungu Saat Gempa dan Tsunami Palu: Kalau Bukan Rezeki, Saya Sudah Tertimpa Rumah Sendiri

Kisah Dokter Eka Erwansyah di Palu: Bau Busuk Jenazah Depan IGD dan Sebut Ada 3 Sang Pembunuh

Berita Terkini