Setidaknya dalam satu hari Ito mampu membawa pulang Rp 100 ribu.
Uang tersebut digunakannya untuk membiayai satu anaknya yang masih bersekolah.
"Anak saya dua, yang satu sudah kerja luar kota, yang satu masih sekolah," kata Ito.
Selama 10 tahun melakoni profesi yang sama Ito sudah sangat akrab dengan lingkungan terminal dan semua yang ada di dalamnya.
Hingga tak sulit jika ingin menukarkan uang pecahan Rp 2 ribu sampai 10 ribu menggunakan jasa Ito.
"Orang-orang disini sih sudah kenal saya semua, jadi kalau ada yang mau tukar uang mereka kasih tau ke saya," kata dia.
Sempat bangkrut saat menjalani bisnis pakaian, dan pernah mencoba menjual lauk, Ito pada akhirnya memilih jasa tukar uang sebagai caranya mengumpulkan rupiah.
"Saya pernah dagang pakaian, bangkrut tuh, terus jualan nasi, lauk gitu di PT, baru pindah kesini jadi jasa tukar uang," cerita Ito.
Tidak hanya Ito, beberapa orang juga nampak berprofesi sepertinya berlalu lalang di Terminal Tanjung Priok.
Mendekati setiap calon penumpang sambil menggendong tas selempang dan membawa setumpukan uang.
Ito sendiri mangkal tak jauh dari pintu masuk Terminal Tanjung Priok.
Ia sudah menyiapkan bangku untuk duduk, menggunakan topi dan kain yang diletakkan sengaja bersama dengan topinya guna menghindari panas kala terik.
Saat ini menurutnya, penumpang lebih tertarik menukarkan uangnya dengan pecahan uang Rp 2 ribu.
"Sekarang sih lebih banyak yang nukar uang dua ribuan ya, yang lain agak kurang," kata Ito.
Dirinya bersyukur, selalu ada saja rezekinya setiap kali berdagang.
"Puji Tuhan, setiap hari ada aja rejekinya, kalau ngak dari penumpang yang dari orang sini saja pada nukar juga," cerita dia.
Ito pun berharap agar teman-teman se-profesi dengannya bisa bersaing secara sehat entah itu sedang ramai maupun sepi.
"Ya kita kan sama-sama cari uang, yang penting ngak macam-macam, bersaing secara sehat saja, saya dimana dia dimana," ucap Ito.