Minimnya bantuan membuat Oklavia tak mampu membeli kantong kolostomi yang digunakan untuk menampung kotoran dan terpaksa membuat kantong kolostomi sendiri menggunakan plastik tahu.
"Sekarang saya lagi enggak bisa beli kantong kolostomi karena harganya mahal. Rp 40 ribu satu kantong, belum susu penambah berat badan, Rp 360 ribu untuk satu minggu. Sekarang kantong kolostomi buat sendiri pakai plastik tahu," lanjut Oklavia.
Plastik tahu yang dimaksud Oklavia adalah plastik transparan tipis yang kerap digunakan tukang sayur membungkus dagangannya.
Cara membuat kantong kolostomi sendiri menggunakan plastik tahu baru dia ketahui dari YouTube dan sejumlah orangtua yang anaknya mengalami nasib serupa Rayyan.
Perihal keselamatan penggunaan kantong plastik tahu jadi kantong kolostomi, merujuk dari penuturan sejumlah orangtua yang senasib, Oklavia menyebut hal itu aman dan bukan merupakan hal asing di dunia medis.
Tapi karena tak diperuntukkan di bidang medis, kantong plastik tahu harus diganti dalam hitungan jam, berbeda dengan kantong kolostomi yang bisa dicuci dan bertahan seharian.
"Memang enggak tahan seperti kantong kolostomi, dalam sehari saya bisa 10 kali ganti. Tapi mau bagaimana, enggak ada bantuan dari pak Wali dan Wakil. Mereka cuman pernah janji doang, datang ke rumah saja tidak," ucap dia.
Bantuan teranyar yang diberikan Pemkot Depok hanya uang Rp 500 ribu yang diberikan Puskesmas Beji untuk membeli susu penambah berat badan pada akhir Desember 2018 lalu.
Anjloknya berat Rayyan karena tak bisa BAB selama tiga hari dan harus puasa karena menjalani operasi pembuatan kolostomi membuat susu penambah berat badan jadi kebutuhan pokok bagi Rayyan.
Intruksi dokter RSPAD Gatot Soebroto yang menangani operasi Rayyan sejak awal agar tak mengkonsumsi susu selain susu penambah berat badan mau tak mau harus dituriti Oklavia.
"Kata dokter jangan dikasih susu laktogen, harus susu penambah berat badan. Karena berat badan Rayyan pas operasi kemarin itu anjlok. Jadi sekarang fokus di susu dulu. Kantong kolostomi beli tapi enggak banyak," sambung Oklavia.
Sebagai informasi, Kementerian PPPA sudah dua kali memberikan penghargaan kategori Nindya kepada Pemkot Depok, di tahun 2017 dan di pertengahan Juli 2018 atau tak berjarak lama dengan kelahiran Rayyan pada Jumat (27/7/2018).
Rayyan lahir sekira pukul 08.30 WIB, tapi RS GPI yang hingga kini belum meminta maaf secara langsung baru memberitahukan kondisi fisik bayi malang itu pada Sabtu (28/7/2018) sekira pukul 17.00 WIB.
Dampaknya, dokter RSPAD Gatot Soebroto terpaksa memotong usus bayi malang sekira dua sentimeter karena infeksi akibat gas dan kotoran yang tertahan di perut.
Operasi pembuatan saluran pembuangan sementara di perut Rayyan itu dilakukan pada Selasa (31/7/2018) sekira pukul 11.00 WIB.