Menurut dia isi puisi doa disebut merendahkan ulama dan pesantren.
“Saya sudah baca puisi Fadli itu dan isinya merendahkan ulama dengan mengatakan doanya ditukar. Para politisi jangan kurang ajar pada ulama. Pesantren itu sudah berumur ratusan tahun, sementara politisi baru lahir kemarin sore,” tegas dia.
Bila para politikus sudah tidak punya adab kepada ulama, maka yang terjadi ialah timbul kekhawatiran bagaimana menjaga negeri ini ke depan.
Sebab, kaum alim ulama punya tugas penting dalam menjaga keutuhannya selama ini.
“Setiap sesuatu jika dipandang dengan hati benci, jangankan yang salah, yang benar pun disalahkan,” cetus pengurus NU Subang itu.
Kritik juga disampaikan Lukman Hakim Saifuddin.
Politikus PPP dan Menteri Agama ini mencoba meminta klarifikasi kepada Fadli Zon tentang kata "kau' di puisi doanya.
"Pak @fadlizon Yth,
Agar mendapatkan kejelasan, saya mohon tabayyun (klarifikasi): apakah yg dimaksud dengan 'kau' pada puisi tsb adalah Simbah Kiai Maimoen Zubaer?
#doayangditukar," tulis Lukman pada Selasa (5/2/2019).
Putri pertama KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Alissa Wahid, juga serius meminta penjelasan Fadli Zon soal puis Doa karyanya.
Pertanyaan Alissa Wahid kurang lebih sama seperti yang disampaikan Lukman.
Alissa Wahid mempertanyakan kepada siapa kata "Kau," yang dimaksud Fadli Zon.
"Pak, yang anda "kau-kau"-kan di sini siapa? Kyai Maimoen Zubair?
Anda kan juga pernah salah & anda minta maaf.
Kepleset lidah Mbah Moen kesalahan manusiawi. Beliau ralat seperti anda ralat hoax anda. Mengapa Anda menuduh Mbah Moen membegal doa?" cuit Alissa Wahid.