Sejarah Taman Hutan Raya Cagar Alam Depok: Misteri 7 Sumur Tak Pernah Kering Hingga Binatang Liar

Penulis: Dwi Putra Kesuma
Editor: Erik Sinaga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Taman Hutan Raya Cagar Alam yang berada di Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Jumat (15/3/2019)

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dwi Putra Kesuma

TRIBUNJAKARTA.COM, PANCORAN MAS - Meskipun ramai lalu lintas di sekitarnya, namun suasana Taman Hutan Raya Cagar Alam, Pancoran Mas, Kota Depok, terlihat sepi tanpa aktivitas.

Di bagian ujung taman, terlihat tiga pria sedang asyik bermain catur sambil menunggu penumpang ojeknya.

Meskipun masih sore hari, suasana di Taman Hutan Raya Cagar Alam terlihat cukup gelap karena banyaknya pepohonan besar yang menjulang tinggi.

"Silahkan aja masuk mas kalau berani," ujar Wawan (68) salah seorang warga yang sudah tinggal di dekat kawasan Taman Hutan Raya Cagar Alam Pancoran Mas sejak tahun 1967 silam, Jumat (15/3/2019).

Wawan menuturkan, Taman Hutan Raya Cagar Alam Depok memang menyimpan cukup banyak sejarah dan juga misteri di dalamnya.

Di bagian dalam Taman Hutan Raya Cagar Alam, terdapat tujuh sumur yang airnya tak pernah mengering dalam kondisi cuaca apapun.

Dijelaskan olehnya, sumur tersebut merupakan peninggalan warga pendatang yang sempat diusir, karena sembarangan mendirikan tempat tinggal.

"Dulu banyak warga pendatang yang dirikan bangunan di dalam hutan, tapu karena tidak ada izin warga asli sini pun meminta mereka untuk pergi dan meninggalkan bangunannya, termasuk tujuh sumur itu," ujar Wawan dijumpai TribunJakarta.com.

Wawan menuturkan, sempat ada seorang pria yang mengalami gangguan kejiwaan dan masuk ke dalam kawasan hutan tersebut.

Namun, hingga saat ini pria tersebut pun tak pernah keluar dari dalam area hutan, dan menghilang misterius begitu saja.

Lanjutnya, usai warga pendatang tersebut pergi tiba-tiba banyak binatang kera yang berkeliaran dan menjadi penghuni Taman Hutan Raya Cagar Alam.

Namun, karena terus banyak bangunan dan warga perlahan kera-kera tersebut pun menghilang keberadaannya.

"Abis itu warga pendatang diusir, tiba-tiba banyak kera di daerah sini. Namun perlahan mulai menghilang karena banyaknya pemukiman," tandasnya.

Usai kera-kera tersebut menghilang, kawasan cagar alam pun menjadi tempat hunian binatang kelinci yang juga tak diketahui darimana asalnya.

"Habis kera-kera itu menghilang terus banyak kelinci, gak tahu itu siapa yang bawa tiba-tiba ada dan banyak banget itu kelinci, sekira tahun 1970-an," imbuhnya.

Namun, binatang kelinci tersebut mulai berkurang populasinya hingga habis, usai warga banyak menemukan binatang ular di kawasan Taman Hutan Raya Cagar Alam.

Disaksikan sendiri olehnya, Wawan menuturkan dirinya bersama warga sempat menangkap seekor ular sanca sebesar paha kanannya dari kawasan Taman Hutan Raya Cagar Alam tersebut.

"Wah itu ular sanca besar banget, sebesar paha saya pas ditangkap. Tapi gak tahu itu ular darimana tiba-tiba saja banyak usai kelinci itu menghilang," papar Wawan.

Namun, saat ini Wawan menuturkan sudah jarang terlihat binatang-binatang liar seperti yang diceritakannya tersebut.

Suka Duka Pedagang Pasar Taman Puring, Dari Ditawar Sadis Sampai Merasa Iba

Beberkan Kesan Malam Pertamanya dengan Reino Barack, Syahrini: Indah Sekali, Lain Saja Rasanya

Korban Tewas Penembakan Masjid di Selandia Baru Menjadi 49 Orang

Ia menduga, banyaknya bangunan hunian warga membuat binatang-binatang kiar tersebut pergi dari habitatnya.

Saat ini, kawasan Taman Huta Raya Cagar Alam pun masih menyisakan misteri, terlebih ketika malam hari tiba.

"Sekarang mah sudah gak ada binatangnya, tapi kalau mistisnya masih berasa banget apalagi kalau malam hari. Banyak warga sini atau ojek yang melintas lihat penampakan, sudah gaj heran saya mah," kata Wawan pada TribunJakarta.com.

Berita Terkini