Iwan satu dari sekian orang yang sadar tak asal memilih pemimpin, bahkan ia rela berjuang mengorbankan pekerjaan kemudian menjadi saksi untuk amankan suara.
Ia punya prinsip, memilih pemimpin berarti mempejari jejak rekamnya, pemimpin lahir untuk rakyat.
Sehingga ia tak bakal asal memilih pemimpin.
"Seperti Jokowi terus BTP sebelumnya di mana? Kinerjanya bagaimana? Itu harus dipelajari dulu sebelumnya. Jangan kita asal saja, nanti timbulnya seperti gubernur yang sekarang. Itu ya sudah hukum alam," terang Iwan.
Model kepemimpinan Jokowi, Ahok, bagi Iwan harus diperjuangkan jika memang masih terbuka kesempatan. Keduanya bekerja untuk warga DKI ketika masih memimpin Jakarta.
Pengalaman buruk di Pilkada Jakarta
Tersentuh dengan pemimpin yang bekerja untuk rakyat, Iwan Mulyadi terdorong pertama kali menjadi saksi karena Ahok maju lagi di Pilgub Jakarta 2017.
Ahok saat itu menggandeng Djarot Saiful Hidayat, politikus PDI Perjuangan. Belakangan, Ahok-Djarot kalah di putaran kedua dari Anies-Sandiaga.
"Saya kenal Ima saat dia mau kampanye. Tapi saya kenal baik dengan BTP-nya. Kalau untuk kinerja saya sudah tidak ragukan lagi untuk BTP," ucap dia.
Pengalaman tak mengenakkan dirasa Iwan saat Pilkada DKI Jakarta 2017. Ia memilih mendukung Ahok karena sebagai penerus Jokowi di Jakarta terbukti kerjanya.
"Waktu Pilkada saya diusir dari kontrakan. Saya bentrok dengan warga. Saya tinggal kebetulan di Rawa Belong, orangtua saya di Kemanggisan," cerita Iwan.
Iwan tak menceritakan rinci apa yang melatari warga mengusirnya dari kontrakannya di Rawa Belong.
Untung saja warga hanya mengusir, tak sampai mengeroyok. Tapi sumpah serapah mereka sampai mengkafir-kafirkan Iwan.
"Di dalam batin saya masih kuat atas pendirian saya. Saya melihat anak saya, anak saya sakit, keluarga juga tidak ada yang peduli."
"Makanya saya pertaruhkan nyawa saya demi anak saya karena kebijakan KJS tersebut. Siapa pun itu orangnya (yang menghambat) akan saya lawan."
"Saya sudah terima kasih kepada Allah. Allah kasih perantaranya Pemerintah DKI Jakarta melalui Jokowi-BTP," ungkap dia.
Penusuluran TribunJakarta.com, ketika Pilgub DKI Jakarta Ahok pun merasakan hal tak menyenangkan saat kampanye di Rawa Belong.