Mulai dari Kementerian Luar Negeri, Kementerian Hukum dan Ham dan Kedutaan Austria disambanginya.
"Yang penting kita ngumpulin uang dulu buat nikah. Kan enggak bisa secepat itu juga," katanya.
Selama pengurusan berkas-berkas persiapan nikah, keluarga Bambang menghabiskan sekira Rp 20 juta.
"Saya harus mengurus lagi karena nama orangtua di Akte lahirnya si Bambang salah, KTP ibu saya umurnya salah. Banyak deh, jadi harus dibenerin dulu. Saya sempat ke pengadilan buat jadi saksi identitas adek saya salah. Setahun lah saya urusnya," katanya.
Sementara untuk biaya resepsi pernikahan, keluarga Bambang menghabiskan sekira Rp 45 juta untuk pernikahan itu.
Daftar nikah di KUA Cilandak
Selama tahun 2018, Bambang harus bolak-balik ke instansi pemerintahan untuk mengurus berkas menikah.
Dari Kementerian Luar Negeri, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia hingga Kedutaan Austria.
Ia harus mengurus akte lahir, surat domisili hingga surat keterangan belum pernah menikah.
Sebab, pernikahannya lintas negara.
"Memang pas pengurusan, harus jauh-jauh hari karena lama. Saya pun sempat bikin akte baru karena yang lama enggak boleh dilaminating. Ada kali lima kali bolak-balik," ceritanya.
Berkas yang sudah dilegalisir oleh Kementerian itu pun ia serahkan ke Kedutaan Austria.
Usai dilegalisir, berkas kemudian dikirimkan ke Austria.
Sebab, pengiriman berkas itu agar Austria memberikan izin nikah untuk warganya, Arzum.
"Berkas semua harus dilegalisir baru diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman oleh penerjemah tersumpah. Kemudian saya kirim," sambungnya.
Namun, Arzum yang sudah terlanjur balik lagi ke Jakarta membuat Bambang harus menarik kembali berkas yang telah dikirimkan ke Austria itu.
"Saya udah ngirim buat dia terima. Tapi mendadak dia datang ke Jakarta jadi berkas ditarik kembali," bebernya.
Mereka pun akhirnya daftar menikah di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Cilandak pada tanggal 18 Agustus 2019 silam.
Seperti layaknya pernikahan di permukiman, Bambang pun menggelar resepsi nikahan di rumah.
Belajar bahasa Jerman demi cinta
Usai menikah, Arzum kembali ke tempat asalnya di Wels, Austria.
Nantinya, Bambang akan menyusul perempuan berdarah Turki itu ke sana.
Namun, ia harus belajar bahasa Jerman sebelum berangkat ke Austria.
"Harus belajar bahasa Jerman dulu. Harus punya sertifikat A1. Saya akan ikut les di Goethe-Institut Jakarta," bebernya.
Petugas kebersihan itu juga belajar sendiri lewat buku-buku latihan bahasa Jerman.
Ia pun harus memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya sebagai petugas PPSU jika berangkat ke Jerman.
"Bu Lurah cuma memberikan pesan, hati-hati, yang penting di sana sudah ada kerjaan, baru keluar dari PPSU," tambahnya.
Memperistri Arzum bak kejatuhan rezeki nomplok.
Dari hubungannya ini, harap Bambang, ia dapat memperbaiki keturunan.
Awalnya, orangtua Bambang pun juga tak percaya anaknya bisa memiliki kekasih orang Austria.
"Mereka juga enggak percaya. Masa banyak perempuan di Indonesia, dapetnya dari luar. Tapi mereka memberi kebebasan ke saya," terangnya.
Terpikat karena kerja keras
Arzum tahu pekerjaan Bambang merupakan pekerja kasar yang bergelut setiap hari di lapangan.
Lumpur dan sampah yang berserakan di selokan maupun di jalan sudah menjadi tugas Bambang.
Akan tetapi, Arzum tetap menyukai dirinya dan menerima apa adanya.
Tak jarang ia sering mampir ke Kelurahan Pondok Labu untuk menengok Bambang. Tak jarang membawakan makanan untuknya.
Bahkan, mereka berdua tak memedulikan anggapan sebelah mata orang yang melihat hubungannya.
"Katanya, dia menerima saya apa adanya. Dari situ saya percaya, dia melihat usaha saya bekerja keras. Berkat dia, saya merasa diri saya maju," tandasnya.