Ditambah ketika dia mendapat laporan dari sekolah bahwa anaknya memiliki catatan buruk. Hal ini dilihat dari poin penilaian kelakuan yang telah mencapai angka 1000.
"Kalau di sekolah Al-Azhar Summarecon itu sistemnya poin, kalau poinnya lebih dari 1000 itu dikeluarkan," ungkapnya.
Dari situ Azmi merasa geram, anaknya yang mendapat perlakuan bullying justru menerima poin besar sedangkan pelaku bullying yang mengeroyok anaknya tetap bisa diterima oleh sekolah.
"Harusnya fair, mungkin anak saya pernah terlambat, pernah berkelahi hingga mencolok mata temanya mendapat poin, tapi kalau yang mengeroyok ini tidak mendapat poin justru malah dilindungi berarti itu enggak adil," jelasnya.