Perayaan Imlek di Jabodetabek

Fenomena Gerombolan Pengemis Serbu Kelenteng Boen Tek Bio Tangerang Saat Imlek

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengemis yang sudah menduduki Kelenteng Boen Tek Bio, Kota Tangerang sejak kemarin untuk meminta-minta saat perayaan Imlek, Sabtu (25/1/2020).

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Ega Alfreda

TRIBUNJAKARTA.COM, TANGERANG - Hari Raya Imlek menjadi ajang berkumpulnya para pendatang dari luar kota menuju Kota Tangerang untuk menjadi gelandangan dadakan.

Pasalnya, mereka mengharapkan berkah dari etnis Tionghoa yang merayakan Imlek di kelenteng-kelenteng yang berada di Kota Tangerang.

Seperti yang terlihat di kelenteng Boen Tek Bio yang bergesekan dengan Pasar Lama Kota Tangerang, Sabtu (25/1/2020) siang.

Pengemis yang sudah menduduki Kelenteng Boen Tek Bio, Kota Tangerang sejak kemarin untuk meminta-minta saat perayaan Imlek, Sabtu (25/1/2020). (TribunJakarta.com/Ega Alfreda)

Terpantau belasan bahkan puluhan pengemis dari berbagai daerah duduk rapih berjajar di depan halaman depan Kelenteng Boen Tek Bio.

Menggunakan pakaian lusuh seadanya ditambah basah akibat hujan yang mengguyur, mereka duduk sambil meminta sumbangan dari orang yang beribadah.

Warga yang ingim beribadah dan selesai beribadah disambut belasan tangan para pengemis yang meminta uang.

Contohnya saja Sulis (47) warga Dadap, Kabupaten Tangerang itu mengaku sudah menginap sejak kemarin malam untuk menjemput rezeki di Kelenteng Boen Tek Bio.

"Barengan sama orang dari Tanjung Kait, Teluknaga sama tetangga dari Dadap. Sampai nanti malam bakal di sini," katanya.

Sulis mengaku sengaja tiap tahun datang ke Kelenteng Boen Tek Bio untuk meminta sedikit rezeki dari warga Etnis Tiongkok yang bersembahyang di kelenteng Boen Teo Bio.

“Sudah rutin setiap tahun, biasanya di Klenteng Tanjungkait, tapi disana sudah terlalu ramai orang dari mana-mana,” ucapnya.

Meski diguyur hujan Sulis mengaku tidak gentar duduk seharian di depan halaman kelenteng.

Berbekal selimut tipis dan terpal sobek ia bertahan semalaman.

"Biasanya dari malam tahun baru juga sudah ramai yang datang, untuk makan mah pasti ada," ucap Sulis.

Hal senada disampaikan Aming (60), warga Sumedang ini sudah bersama rombongan datang ke Tangerang.

"Biar dapat tempat, biasanya sih paling sedikit Rp 200 ribu, pernah sampai Rp 500 ribu untuk 2 malam. Di sini juga ada saudara kebetulan," aku Aming.

Menurut dia, Kota Tangerang memang menjadi primadona pengemis untuk mengais rezeki saat Imlek selain Jakarta.

Karena banyak penduduk etnis Tionghoanya dan juga terkenal dermawan dalam memberikan angpau.

Makna Budaya Begadang Saat Malam Imlek Bagi Warga Tionghoa, Datangnya Dewa Kekayaan

Perayaan Tahun Baru Imlek bagi warga etnis Tioghoa erat dengan sejumlah budaya, dari makanan yang disajikan hingga begadang.

Umat Vihara Amurva Bhumi, Liong Kim Ling mengatakan budaya begadang usai beribadah di malam Imlek yang dilakukan warga Tionghoa memiliki makna.

"Itu kebudayaan yang dibawa dari Tionghoa, jadi untuk yang begadang saat Imlek dipercaya dapat limpahan rezeki dari Dewa Kekayaan," kata Kim di Jatinegara, Jakarta Timur, Sabtu (25/1/2020).

Menurutnya tak ada cara khusus selama begadang demi mengarap limpahan rezeki dari Dewa Kekayaan saat malam Imlek.

Warga keturunan Tionghoa cukup beribadah saat tengah malam pergantian hari lalu kembali ke rumah dan tak tidur.

"Dipercaya Dewa Kekayaan akan masuk ke rumah warga memberi rezeki yang begadang dan pintu rumahnya dibuka. Begadang sekuatnya saja, enggak ada aturan sampai jam tertentu," ujarnya.

Umat Vihara Amurva Bhumi, Liong Kim Ling saat ditemui di Jatinegara, Jakarta Timur, Sabtu (25/1/2020). (TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA)

Namun bukan berarti tak ada warga keturunan Tionghoa yang melakukan ibadah di siang hingga sore hari ini.

Kim menuturkan selepas beribadah warga etnis Tioghoa umumnya menyambangi rumah kerabatnya guna menghabiskan waktu.

"Habis ibadah biasanya silaturahmi ke rumah-rumah saudara atau makan-makan. Enggak beda jauh dengan saat Lebaran umat Islam bersilatuhrami," tuturnya.

Berita Terkini