"Belum perlu ada posko. Masyarakat masih bisa ke puskesmas," jelasnya.
Menurut Deden, warga yang terjangkit chikungunya di Rawa Lele, tak lebih dari 20 orang.
Bahkan saat ini sudah banyak yang sembuh dan tersisa lima orang yang masih terjangkit.
"Kurang lebih 20, dan tidak semuanya keluhannya seperti itu. Sebagian besar sudah sembuh, yang masih belum pulih lima orang," ujarnya.
Bikin gempar Tangerang Selatan
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Tangerang Selatan (Tangsel), Imbar Umar Gozali, mengatakan, wabah chikungunya baru kali ini menggemparkan Tangsel.
Menurutnya, Tangsel tidak memiliki riwayat ramai terjangkit virus yang ditularkan nyamuk aedes aegypti itu.
"Tahun-tahun lalu enggak pernah. Yang gempar itu demam berdarah, chikungunya itu baru tahun ini," ujar Imbar di Serpong, Rabu (12/2/2020).
Imbar mengatakan, wabah cikungunya mirip dengan demam berdarah dengue (DBD), karena sama-sama ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti.
"Chikungunya sama DBD penyebabnya sama, aedes aegypti, nyamuk juga penyebabnya. Cuma dampaknya tidak sehebat demam berdarah. Kalau demam berdarah kan bisa sampai mati, kalau chikungunya tidak pernah sampai mati, dia infeksi hebat saja," paparnya.
Meski begitu, chikungunya tidak sampai berakibat kematian.
Imbar menjelaskan, gejala cikungunya membuat penderitanya demam, mengigau dan mengalami sakit pada bagian persendian.
"Panas tinggi banget, ngigau, ya sendi," jelasnya.
Penyembuhannya sendiri membutuhkan obat dari dokter yang disesuaikan dosisnya.
"Tergantung berobatnya sesaorang, kan dosis obat kalau 500 miligram, untuk berat 50 kilo, dia cepat reaksinya. Tapi kalau berat 80 kilo kan beda lagi," ujarnya.