Selama ini, Miratun punya banyak keponakan yang suka datang menjenguk.
"Biasanya keponakannya juga ke sini, tapi ini kok belum kelihatan," ujar warga.
Selama proses penyelidikan, rumah Miratun sudah dipasangi garis polisi oleh Satreskrim Polres Tulungagung.
Hasil autopsi tim dokter yang melibatkan Puslabfor Polda Jawa Timur, menyebut sejumlah pembuluh darah Miratun pecah.
Di antaranya terdapat di kepala, tangan, kantung mata, tangan dan jemari yang semuanya membiru.
"Pecahnya pembuluh darah karena nafasnya tertahan," ujar Kasat Reskrim Polres Tulungagung AKP Hendi Septiadi, Sabtu (15/2/2020).
Hendi menduga, korban Miratun kehabisan oksigen.
Bahkan, rusuk kanan korban patah, tapi polisi belum bisa menyimpulkan penyebabnya.
"Yang menyebabkan kematian adalah pembunuh darah yang pecah," sambung Hendi.
Sampai saat ini polisi belum menemukan tanda-tanda siap gerangan pelaku pembunuhan korban.
Ia memastikan penyelidikan kasus ini masih berlangsung.
"Penyelidikannya masih sangat luas, belum mengarah ke seseorang," tegas dia.
Polisi tak menemukan tanda-tanda bekas pukulan benda tumpul di tubuh korban.
Bahkan, sidik jari di rumah Miratun tak ditemukan.
Lebih dari 10 saksi, mulai dari tetangga, orang dekat hingga dua penghuni kos, sudah dimintai keterangan.