Mereka kemudian mengumpulkansiswa kelas VII di asrama untuk dimintai informasi tentang kotoran tersebut Namun, para siswa kelas
VII tidak ada yang mengakuinya. Berkali-kali kakak kelas meminta kejujuran dari adik-
adiknya tetapi mereka tetap tidak mengakuinya.
Akhirnya, karena marah, salah seorang kakak kelas tersebut mengambil kotoran dengan senduk makan lalu menyentuhkan kotoran
tersebut pada bibir atau lidah. Perlakuannya berbeda pada masing-masing anak.
Selanjutnya kakak kelasnya meminta supaya peristiwa tersebut dirahasiakan dari para Pembina (Para
Romo dan Frater) dan para orangtua. Peristiwa ini baru diketahui para pembina (Romo dan
Frater) pada hari Jumat, 21 Februari 2020 dari salah satu siswa kelas VII yang datang
bersama dengan orangtuanya untuk melaporkan kejadian tersebut.
Menyikapi laporan tersebut, para Pembina (Romo dan Frater) memanggil siswa kelas VII dan kedua kakak
kelas tersebut untuk dimintai keterangan lebih lanjut.
Selanjutnya, pada hari Selasa, 25 Februari 2020- pukul 09.00 sampai 11.15, para pembina bersama para orangtua siswa
kelas VII mengadakan pertemuan bersama yang juga menghadirkan seluruh siswa kelas VII
dan kedua kakak kelas.
Dalam pertemuan dimaksud, persoalan ini dibicarakan secara serius
penuh keterbukaan dan kejujuran. Seminari secara terbuka telah meminta maaf atas
peristiwa ini di hadapan orangtua dan sekaligus memberi sanksi yang tegas kepada kedua
kakak kelas tersebut.
Para orangtua juga menyayangkan peristiwa dimaksud sambil berharap
agar kejadian tersebut tidak terulang kembali di waktu yang akan datang. Selanjutnya
sebagai bentuk pembinaan untuk kedua kakak kelas tersebut, maka pihak seminari
memutuskan untuk mengeluarkan keduanya dari Seminari Maria Bunda Segala Bangsa.
Sementara itu, para siswa kelas VII juga dibuat pendampingan dan pendekatan lebih lanjut
oleh para pembina (Romo dan Frater) untuk pemulihan mental dan menghindari trauma.
• Yakin Tak Ada Siswa yang Dipaksa Makan Feses oleh Kakak Kelas, Dinas PKO Sikka: Sempat Kena Mulut
2. Dari kronologi di atas, maka kami sekali lagi ingin menegaskan:
a. TERMINOLOGI "MAKAN" YANG DIPAKAI OLEH BEBERAPA MEDIA SAAT
MEMBERITAKAN PERISTIWA INI, AGAKNYA KURANG TEPAT SEBAB YANG
SEBENARNYA TERJADI ADALAH SALAH SEORANG KAKAK KELAS
"MENYENTUHKAN" SENDUK YANG ADA FESES PADA BIBIR ATAU LIDAH
SISWA KELAS VII.
b. PERISTIWA INI TERJADI DI KAMAR TIDUR UNIT BINA SMP KELAS VII DAN
BUKAN DI RUANG KELAS SEBAGAIMANA DIBERITAKAN MEDIA
KUMPARAN.COM.
c. PERISTIWA INI TIDAK DILAKUKAN OLEH PEMBINA ATAU PENDAMPING
(ROMO DAN FRATER) – SEBAGAIMANA YANG DIBERITAKAN BEBERAPA
MEDIA – TETAPI OLEH SALAH SEORANG SISWA KELAS XII.
d. PIHAK SEMINARI BUNDA SEGALA BANGSA BUKAN TIDAK MAU
DIWAWANCARAI SEBAGAIMANA DIUNGKAPKAN DALAM PEMBERITAAN
KOMPAS.COM, MELAINKAN INGIN TERLEBIH DAHULU MELAKUKAN
PERTEMUAN INTERNAL UNTUK KEMUDIAN DISAMPAIKAN KEPADA
MEDIA PADA WAKTUNYA.
e. PIHAK SEMINARI BUNDA SEGALA BANGSA TIDAK PERNAH MELAKUKAN
PEMBIARAN TERHADAP SEGALA BENTUK KEKERASAN DAN BULL YING
DALAM BENTUK APAPUN, DAN SELALU BERTINDAK TEGAS APABILA
TERJADI HAL-HAL DEMIKIAN.
3. Dengan rendah hati, kami pihak Seminari St. Maria Bunda Segala Bangsa Maumere,
menyampaikan permohonan maaf sedalam-dalamnya kepada semua
hak teristimewa
kepada orangtua dan keluarga para siswa kelas VII atas peristiwa yang terjadi ini.
Bagi kami, peristiwa ini menjadi sebuah pembelajaran untuk melakukan pembinaan secara lebih
baik di waktu-waktu yang akan datang.
Kami berterima kasih atas segala kritik, saran,
nasehat, dan teguran yang bagi kami menjadi sesuatu yang sangat berarti dengan harapan
agar lembaga ini terus didoakan dan didukung supaya menjadi lebih baik.
Maumere, 25 Februari 2020 (*)