TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Polisi mengumumkan tewasnya Editor Metro TV Yodi Prabowo diduga bunuh diri.
Ini pun tak ada kaitannya dengan dua pria misterius yang disebut saksi.
Polisi meyakini dua orang pria mencurigakan yang dicurigai oleh dua saksi, S dan E tak ada kaitannya dengan kematian Yodi Prabowo.
Menurut S dan E, dua pria mencurigakan itu muncul pada Rabu (8/7/2020) dini hari, malam diduga Editor Metro TV Yodi Prabowo tewas.
Malahan S mengaku mengenali satu dari dua pria tersebut.
Pria yang dikenali S adalah sosok berkacamata yang sempat ia tegur.
Bahkan S dan E meyakini pria berkacamata tersebut adalah inisial D.
Keyakinan itu menjadi bulat ketika S dan E melihat D di kantor Polisi saat diperiksa terkait kasus kematian editor Metro TV Yodi Prabowo.
Menurut warga yang mendamping Suci Fitri Rohmah sebelum ikut Polisi olah TKP, pacar Yodi Prabowo kenal dengan pria kacamatan inisial D tersebut.
Malahan menurutnya, Suci Fitri Rohmah pernah dijemput di restoran oleh pria kacamata inisial D.
Meski begitu Dirreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Tubagus Ade mengatakan dua pria mencurigakan itu tak ada kaitannya dengan kasus kematian editor Metro TV Yodi Prabowo.
"Saya temuin saya tanya 'bapak melihatnya di mana? jarak berapa dan jam berapa'," tanya Tubagus ke saksi.
Tubagus mengaku langsung menganalisa satu per satu seperti waktu dan jaraknya.
Saksi mengaku melihat pria tersebut pada pukul 02:00 WIB dini hari.
Lanjut Tubagus, pukul 02.00 WIB motor Yodi Prabowo sudah terparkir di depan warung bensin di pinggir Jalan Ulujami Raya ditemukan petugas ronda.
"Berarti peristiwa itu sudah terjadi, oke? Dari waktu," ujarnya.
"Yang kedua, dari sisi tempat dan lokasi, di mana dan jaraknya berapa," kata Tubagus.
Saksi mengaku melihat pria misterius itu dalam jarak dekat.
Namun, Tubagus dan tim lainnya langsung menyusuri jalan untuk mencari tahu.
"Dari TKP kalau nyebrang masuk ke dalam perumahan itu kalau jam 10 diportal. Jalan ke dalem itu ada makam Tanah Kusir, nah si orang itu melihatnya bukan di danau itu tapi ke sana lagi. Kami ikuti terus cukup jauh," jelas Tubagus.
Setelah dilakukan penyelidikan, polisi menyimpulkan hal itu merupakan dua kejadian berbeda.
Dua pria misterius yang dilihat saksi tak ada kaitannya dengan meninggalnya Yodi Prabowo.
"Sehingga dari sisi waktu, tempat, ini merupakan dua kejadian yang terpisah. Kebetulan saya sendiri yang ngecek ke sana,"
"Mengecek sedemikian jauh, waktunya tidak tepat, tidak ada korelasi di antara keduanya," jelasnya.
Saksi S Yakini Pria Kacamata
Di sela-sela obrolan, S diperlihatkan sebuah rekaman video berdurasi sekitar 10 detik oleh polisi.
Seingatnya, di dalam video tersebut tampak pria berkacamata yang pernah melintas di warungnya.
"Pokoknya, sopirnya yang pakai kacamata itu. Kan saya disuruh lihat sama polisi. Coba kamu lihat, benar bukan?" ungkap S kepada TribunJakarta.com, Rabu (22/7/2020).
"Kalau dilihat dari ininya sih (tunjuk pipi), kayaknya iya. Dia kan buang muka," S menambahkan.
S menjelaskan, dalam video yang ditunjukkan, pria yang berinisial D bertindak sebagai sopir.
"Di samping D ada laki-laki enggak tahu siapa," terang S.
• Warga Masih Abaikan Protokol Kesehatan, Pihak Satpol PP Jakarta Timur Akan Lakukan Ini
• Pesta Pernikahan dan Khitanan Sudah Boleh Digelar di Depok, Ini Syaratnya
• Terekam CCTV saat Beraksi, Penjambret Ditangkap Polisi di Kediamannya
Banyak tusukan
Penyelidikan Polisi atas kasus kematian Yodi Prabowo, yang menyimpulkan editor Metro TV itu bunuh diri dianggap meragukan. Ini penjelasan dokter ahli forensik.
Salah satu yang diragukan dan dirasa janggal terutaa oleh pihak keluarga Yodi adalah kalau memang bunuh diri mengapa banyak luka?
Soal keraguan ini, Dokter Ahli Forensik RS Polri Arif Wahyono menjelaskan alasan banyaknya luka tusuk di tubuh Yodi Prabowo.
Menurut Arif Wahyono secara teori bila seseorang berniat bunuh diri ia akan melakukan percobaan.
"Secara teori bahwa orang sebelum melakukan bunuh diri melakukan percobaan pembunuhan dulu,
kalau nyeri sakit mau coba lagi tanggung deh," kata Arif Wahyono dikutip TribunnewsBogor.com dari tayangan Breaking News Metro TV.
Dalam kasus editor Metro TV Yodi Prabowo, tusukan pertama di dada meleset dari paru-paru.
Dengan begitu menurut Arif Wahyono, Yodi Prabowo masih memiliki kemampuan untuk melakukan penusukan ulang.
"Dalam kasus ini beliau meleset kena bawah paru-paru aja, itu bagian bawah paru-paru masih punya kemampuan lagi tanggung motong ke atas, potongan ini (leher) tidak terlalu dalam tidak terkena pembuluh darah utama hanya kena tenggorokan aja, jadi sebab matinya bukan karena pendarahan tapi karena sesak napas," jelas Arif Wahyono.
Menurut Arif, editor Metro TV Yodi Prabowo berharap tusukan keempat bisa mengakhiri hidupnya.
Namun tusukan itu tak juga membuat nyawa Yodi Prabowo berakhir.
"Seharunya beliau berharap yang keempat yang dalam itu beliau selesai, namun sayangnya ndak selesai karena yang kena bawahnya paru-paru bagian bawah lalu beliau coba ke atas," kata Arif Wahyono.
Gunakan Amphetamine
Selain itu dokter Arif menyebut dari hasil pemeriksaan urine Yodi, korban positif ampethamine.
"Kami lakukan screening pada narkoba di dalam urinenya kami temukan kandungan amphetamine positif," kata dokter Arif.
Dalam kesempatan tersebut, polisi menjelaskan bahwa narkoba jenis amphetamine membuat korbannya melakukan hal-hal berani di luar nalar manusia.
"Apakah ada hubungannya penggunaan amphetamine dengan dugaan bunuh diri, ada. Untuk meningkatkan keberanian," kata Tubagus.
Sebelum ditemukan tewas pada 10 Juli 2020, Editor Metro TV Yodi Prabowo diketahui jalani tes di Poli Penyakit Kulit dan Kelamin RSCM.
Hal ini diketahui dari penelusuran polisi dari catatan perbankan milik Yodi Prabowo.
Polisi pun menduga ada masalah kesehatan yang dialami Yodi Prabowo.
Polisi mengambil kesimpulan editor video Metro TV, Yodi Prabowo tewas karena tindakan bunuh diri. (Tribunnews.com/TribunJakarta.com)