Wajar saja netizen menjuluki curug yang terletak di pinggiran Kota Bekasi ini, sebagai Air Terjun Niagara yang berada di perbatasan Negara Bagian New York Amerika Serikat dan Provinsi Ontario di Kanada.
Meski begitu, jangan berharap Curug Parigi memiliki ukuran yang besar, lebarnya saja kurang lebih sekitar 10 sampai 20 meter dengan tinggi jeram sekitar 3 sampai 4 meter.
Tetapi itu semua sudah cukup menjadikan Curug Parigi, sebagai destinasi wisata alam yang sangat potensial di Kota Bekasi.
TribunJakarta.com menjumpai seorang warga yang juga penjaga di area Curug Parigi, Nain (65) namanya.
Sehari-hari, Nain bertugas sebagai penjaga yang mengawasi para wisatawan agar tidak mendekat ke lokasi air dalam.
Dia juga memasang garis pembatas menggunakan tambang sebagai tanda batas aman untuk wisatawan berendam atau bermain di bibir sungai.
"Tiap hari jaga di sini, ramai kalau setiap sabtu minggu biasanya, sampai penuh, ada yang sepedaan juga kemari," kata Naim.
Pria asli Kampung Parigi ini tumbuh dan besar di bantaran Kali Cileungsi, dia bahkan tahu betul sejarah terbentuknya curug yang kemudian diberinama sama dengan nama kampung tempatnya berada.
Nain bercerita, awal terbentuknya Curug Parigi bukan disebabkan akibat adanya perubahan kontur tanah di dasar sungai secara alami.
Melainkan, curug tersebut terbentuk akibat aktivitas pengerukan yang terjadi saat Pemerintah Indonesia tengah gencar-gencarnya melakukan pembangunan di tahun 1980an.
"Dulu kali biasa aja, rata enggak ada curugnya, sekitar tahun 80an (1980an) baru kebentuk curug, karena abis batu-batunya diambilin Bina Marga," kata Nain.
Dia melanjutkan, Pemerintah melalui Departemen Bina Marga kala itu, mengeruk batu-batu kali di aliran Kali Cileungsi untuk membangun jalan.
Salah satu jalan yang kini dirasakan berkat aktivitas pengerukan yakni, Jalan Raya Narogong Siliwangi membentang dari Kota Bekasi hingga Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
"Buat jalanan yang di Cileungsi itukan batu-batunya dari sini, buat urugan, jalan Bekasi - Bogor buat dasar jalanan pakai batu-batu dari sini," ujarnya.
Usai dari aktivitas pengerukan itu, bebatuan Kali Cileungsi mulai tidak beraturan, lama kelamaan batu-batu besar yang dikeruk meninggalkan butiran pasir di dasar sungai.