Nain dan warga sekitar memanfaatkan pasir Kali Cileungsi untuk dikumpulkan dan dijual sebagai bahan bangunan.
Aktivitas pengambilan pasir itu hingga kini masih kerap dilakukan warga, tetapi harga jual pasir kali yang sudah tidak menjanjikan membuat pekerjaan itu perlahan ditinggalkan.
"Saya dulu ikut ambil pasir, cuma sekarang udah enggak karena harganya udah jatuh, satu mobil (pick up) aja cuma dihargain Rp100 ribu," terang Nain.
Curug Parigi di medio 1980an, pasca-pengerukan bebatuan besar-besaran untuk kebutuhan pembangunan jalan belum dilirik sebagai potensi wisata.
Sebab, perlu waktu bertahun-tahun kata Nain, setelah aktivitas pengerukan hingga bongkahan dasar kali berbentuk curug seperti saat ini.
"Dulu ada alat besar masuk sini, ngeruk batu-batu kali, sampai tahun 1985an kira-kira itu baru udah selelsai (pengerukan)," ungkapnya.
"Pas ramai-ramai orang pada ke sini ngeliat curug kira-kira tahun 1990an, banyak yang main ke sini," tambahnya.
• Long Weekend Iduladha, Pengunjung Taman Impian Jaya Ancol Mencapai 17.000 Orang
• Kevin Sanjaya Ulang Tahun ke-25, Simak Sederet Prestasinya yang Luar Biasa
• Obrak-abrik Mobil Chef Juna, Nagita Slavina Heran Temukan Barang Ini: Walaupun Gagah Ternyata Begini
Menurut Nain, tersohornya Curug Parigi sudah terjadi sejak lama, adanya media sosial membuat curug tersebut makin ramai dan diketahui banyak orang.
"Dulu sebenarnya udah ramai, (wisatawan) dari jauh-jauh juga udah pada deteng, cuma sekarang makin terkenal lagi pas ada HP (ponsel)," paparnya.