Negara tujuan yang dimaksud kata Yusri adalah USA, China, Malaysia, Afrika, dan India.
"Modul BTS yang mereka dapat dipacking sedemikian rupa dan dijual jauh lebih murah ke pihak di luar negeri yang siap menerima," kata Yusri.
Dimana harga pasaran sekitar 6000 dolar Amerika, tapi kawanan ini bisa menjual modul BTS seharga sekitar 300 sampai 500 dolar amerika saja tergantung kondisi dan kualitasnya.
Yusri menjelaskan, kawanan ini msmpercayakan peran mencuri modul BTS kepada ME (40), F (35) dan T (45) yang kini buron.
"Ketiga orang ini adalah spesialis pencuri modul BTS penguat sinyal. Sasaran mereka tower BTS di Jabodetabek, Banten, Jawa Barat dan bahkan sampai Sumatra," kata Yusri.
Setiap tower BTS, kata Yusri, sebenarnya ada alarm atau penanda jika modul dicuri.
"Namun saat alarm berfungsi atau ada yang off sehingga pihak provider tahu dan langsung mengecek, biasanya kawanan ini sudah berhasil kabur dengan menggasak modul BTS," kata Yusri.
Sebab katanya para pelaku beraksi sangat cepat setelah sebelumnya memantau kondisi dan lokasi.
"TS ini biasanya membeli modul BTS bekas, yang didapat kaki tangannya mulai dari Rp 800 Ribu sampai Rp 1 Juta, tergantung kondisinya," kata Yusri.
Biasanya kata Yusri, atas permintaan dari TS, tersangka JS dan KP mencari modul BTS bekas dari para pengepul.
Kemudian tersangka JS mendapat barang tersebut dari tersangka BSĀ dan W yang berperan sebagai calo pencari modul BTS. JS akan menghargai modul BTS bekas sesuai berat atau perkilogram.
"Rp 25 Ribu sampai Rp.38 Ribu perkilonya," ujarnya.
Sedangkan tersangka KP, kata Yusri biasanya mendapat modul BTS tersebut dari tersangka ME, F dan T, yang saat inj buron.
"Dengan harga Rp 800 Ribu sampai Rp.1 Juta, perunitnya," kata Yusri.
Setelah tersangka JS dan KP mendapat barang-barangĀ tersebut, kata Yusri kemudian dijual kepada TS dengan dikirim ke Gudang Lapak milik TS di Cilincing Jakarta Utara.