Penggunaannya pun harus seizin dari pengelola.
Tentunya harus memiliki surat resmi nikah atau hubungan suami isteri.
“Belum dipergunakan. Karena baru lima persen dari penduduk sana. Pengungsi ini adalah mereka yang kelompok rentan."
"Kalau mau digunakan akan koordinasi dengan teman-teman di Krinjing, mana yang mau memakai itu. Tapi kita menjaga supaya aman. Ini buat teman-teman yang statusnya masih subur,” ujarnya.
Selain bilik asmara, pihak desa juga menyediakan fasilitas lain seperti ruang menyusui atau laktasi, kamar mandi yang berjumlah lebih dari 12 buah, bilik untuk tinggal pengungsi.
Ada posko kesehatan, keamanan dan dapur umum yang senantiasa melayani kebutuhan pengungsi.
Baca juga: Aespa: Girl Group Baru SM Entertainment, Tunggu Debutnya Besok
“Semua kegiatan sudah dialokasikan dengan baik, ada manajemen yang mengatur. Posko masing-masing relawan dari krinjing dan deyangan di tempat masing-masing. Sehingga pengungsian tetap teratur,” katanya.
Jumlah pengungsi yang ada di Balai Desa Deyangan ini sebanyak 117 jiwa.
Mereka berasal dari tiga dusun dari Desa Krinjing. Pihak desa pun berupaya mencukupi kebutuhan pengungsi baik logistik maupun tempat tinggal yang layak.
Kebutuhan logistik sampai saat ini cukup memadai.
Baca juga: Dua Minggu Usai Libur Panjang, Kasus Covid-19 di DKI Jakarta Mulai Alami Lonjakan
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Mengintip Bilik Asmara Tempat Pengungsian Warga Terdampak Gunung Merapi