Selama bertahun-tahun, Yusuf memelajari teknik memijat dengan sosok guru yang dikaguminya itu.
Baca juga: Jelang Musim Hujan, Pemkot Jakarta Timur Siapkan 262 Posko Pengungsian Korban Banjir
"Proses belajarnya tidak mudah. Membutuhkan tenaga dalam untuk membetot tulang yang patah. Ada latihan khusus juga," jelasnya.
Ia menjadi asisten Jamhari ketika sedang memijat pasien.
Selama mendampingi Jamhari itu yang tak kenal waktu, Yusuf menuai ilmu dalam memijat.
"Saya suka ikut mendampingi beliau, pokoknya enggak pernah bilang kata tidak. Mau jam 1 pagi atau jam 2 pagi, saya ikut berangkat," ucapnya.
Tanpa sepengetahuan Jamhari, Yusuf pernah mencoba mengurut seorang pembantu rumah tangga yang mengalami patah tulang di tahun 2000.
Ia memberanikan diri mengurut meski belum pernah menyembuhkan penderita patah tulang.
Yusuf mengurut menggunakan minyak asli Cimande dan mengurutnya berdasarkan pengalamannya melihat gurunya itu. Selama satu bulan satu minggu, pasien itu dirawatnya.
"Ketika kaki pasien itu saya perlihatkan kepada guru besar, dia memuji saya. Katanya udah pintar mengurutnya," katanya lagi.
Sebelum Jamhari tutup usia pada tahun 2008, ia menitipkan pesan kepada Yusuf dan murid-muridnya yang lain untuk mewarisi ilmu urut dan pijatnya kepada orang yang membutuhkan.
Ia juga berpesan agar jangan mematok harga ketika mengurut.
"Karena itu kan musibah, pasti tidak ada yang mau. Pesannya jangan pasang tarif," tambahnya.
Jadi Petugas Damkar
Sembari mengurut, Yusuf juga bekerja sebagai karyawan di bagian perawatan dan perbaikan AC.
Namun, suatu ketika, ia ditawari pekerjaan sebagai petugas damkar oleh pamannya.