Mendulang Berkah dari Tumpukan Sampah di Kali Bekasi

Penulis: Yusuf Bachtiar
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Udin (48), warga pencari kayu di tumpukan sampah Kali Bekasi dekat Bendung Bekasi Jalan Mayor M. Hasibuan, Kota Bekasi.

Laporan wartawan TribunJakarta.com, Yusuf Bachtiar

TRIBUNJAKARTA.COM, BEKASI TIMUR - Tumpukan sampah kayu dan bambu tampak menggunung di aliran sungai Kali Bekasi, fenomena ini rupanya membawa berkah bagi seorang warga pencari kayu bernama Udin (48).

Udin yang merupakan warga Kecamatan Rawalumbu, rela jauh-jauh mengayuh becak hanya untuk mendulang rezeki mencari kayu untuk dijual ke pabrik pembuatan tahu/tempe.

Kegiatan ini sudah ia lakukan sejak 2005 silam, tumpukan sampah kayu dan bambu di Kali Bekasi tak ubahnya seperti harta karun baginya.

Ia tak perlu repot-repot mencari kayu dengan berkeliling jauh ke tempat-tempat yang banyak terdapat kayu bekas tak terpakai.

"Kalau nyari kayu biasanya di mana aja, di perumahan, di kebon, di kampung-kampung saya ambilin pakai becak nyarinya," kata Udin.

Gunungan sampah di Kali Bekasi kata dia, sudah ada sejak sekitar satu bulan lalu, sejak saat itu dia tak pernah ke mana-mana mencari kayu untuk dijual ke pabrik yang terletak di Jalan Mawar Bekasi Timur.

Kayu yang didapat Udin dari Kali Bekasi mayoritas berupa dahan pohon berukuran sedang hingga yang cukup besar, untuk sampah bambu, dia mengaku jenis kayu itu tak laku dijual.

Bermodalkan gergaji seadanya, Udin turun ke bibir sungai, menjangkau sedikit demi sedikit kayu yang menumpuk lalu dimasukkan ke karung berwarna putih.

"Karung buat ngumpulin aja, kalau bawanya pakai becak, itu backnya ada di atas enggak jauh dari sini kalau karung udah penuh saya naikin ke becak," terangnya.

Ayah enam orang anak ini mengaku, keberadaan tumpukan sampah bisa bertahan selama Kali Bekasi tidak mendapat banjir kiriman.

Tumpukan sampah yang menggunung setinggu kurang lebih dua meter itu kata dia, akan terbawa arus jika pintu air di Bendung Bekasi dibuka.

"Kalau ada banjir lagi baru hanyut, sekarangkan bendungannya ditutup air di sini (hilir) jadi cetek (dangkal) jadi pada numpuk di sini," terang dia.

Udin (48), warga pencari kayu di tumpukan sampah Kali Bekasi dekat Bendung Bekasi Jalan Mayor M. Hasibuan, Kota Bekasi. (TribunJakarta.com/Yusuf Bachtiar)

Baca juga: Positif Covid-19, Begini Kondisi Terkini Cawalkot Depok Mohammad Idris

Baca juga: Cerita Intan, Pengelola RPTRA Tamplas Bambu yang Merasakan Dampak Pandemi Covid-19

Baca juga: Tersangka Penganiaya Tukang Kelapa Muda di Tangerang Ditangkap di Malimping

Selama keberadaan tumpukan sampah di Kali Bekasi, Udin mampu menjual kayu tiga kali lipat lebih banyak dari biasanya.

Untuk harga jualnya, pihak pembeli yang merupakan pengusaha pabrik tahu membayar berdasarkan hitungan per becak.

Untuk satu becak penuh, Udin dibayar Rp 40.000 oleh pengusaha tahu, jika tenaga masih kuat, ia akan kembali mencari kayu untuk dikumpul dan dijual agar mendulang lebih banyak rezeki.

"Kalau lagi kaya gini Alhamdulillah banyak bisa tiga kali balik, tapi kalau lagi dikit paling cuma sekali doang, soalnya kan nyari kayu enggak gampang," tuturnya.

Meski menguntung, keberadaan gunungan sampah di Kali Bekasi tetap menuai dilema dalam benaknya. Sebab, tumpukan sampah ini hadir bersama banjir kiriman.

Tiap banjir kiriman, Udin memastikan kehadiran sampah kayu pasti terbawa arus dan mengendap di sejumlah titik seperti misalnya penampakan di dekat Bendung Bekasi.

"Ya seneng enggak seneng si, kalau banjir kan kasin juga orang pada kebanjiran, tapi kalau buat nyari kayu emang pasti ada di sini abis air naik sampahnya ketinggalan," terangnya. 

Berita Terkini