Tak Tega Tinggalkan Anak Sakit Saat Kerja, Begini Ketegaran Ibu Merawatnya: Semampunya Saya Berdoa

Penulis: Kurniawati Hasjanah
Editor: Siti Nawiroh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Andi Niswa (50) tetap tegar meski merawat sang anak, Susi Susanti yang sakit terbaring lemah di kasur.

TRIBUNJAKARTA.COM - Ketegaran Andi Niswa (50) melihat Susi Susanti (20), sang buah hati yang tiba-tiba jatuh sakit tanpa tahu sebabnya, batuk berat dan berdahak menyiksa.

Tak hanya itu, Susi juga mengalami keluhan sakit di bagian perut dan kondisinya kian kurus kering.

Kondisi pilu ini membuat Andi Niswa kerap goyah, ia menangis sendu dan memeluk putrinya.

TONTON JUGA:

"Sembuhlah kau Nak, lanjutlah kuliahmu. Ummi akan sekuat tenaga berusaha supaya kau bisa lulus kuliah dan sukses, sembuhlah Nak," imbuh Andi Niswa dilansir dari Kompas.

Andi Niswa menjaga Susi Susanti di sebuah rumah yang dibuat di kolong rumah panggung warga di RT 01 Desa Mammolok Nunukan Selatan.

Baca juga: Jadwal Pencairan BLT Subsidi Gaji Guru Honorer Rp 1,8 Juta, Catat Dokumen yang Harus Disiapkan!

Biasanya Andi Niswa memenuhi kebutuhannya sebagai buruh ikat bibit rumput laut. Namun kini ia 10 hari berhenti kerja karena tak tega meninggalkan anaknya sendirian.

Akibatnya, kini Andi Niswa tak memiliki penghasilan yang menjamin kebutuhan hidup.

FOLLOW JUGA:

‘’Kadang izin pergi kerja sama anakku, tapi di tempat kerja ditelepon suruh pulang, kepikiran terus juga sama keadaan anakku, tapi kalau berhenti, bagaimana kami bisa makan?,’’ imbuh Andi.

Tak cuma itu, Andi menuturkan keluarga besarnya tak ada yang datang setelah mendapatkan kabar Susi sakit.

Mereka takut jika Susi mengidap corona.

Baca juga: Mensos Terjerat KPK, Rocky Gerung: Partai Wong Cilik Merampok Hak Wong Cilik

‘’Sudah saya kasih tahu semuanya, keluarga banyak di Nunukan, omnya, tantenya, sepupu, semua bilang takut kena corona, padahal bukan corona dia ini kasihan, memang sakit dia,’’ imbuh Andi Niswa.

Lebih lanjut, Andi Niswa masih berusaha tegar, namun duka dan perasaan seorang ibu tak mampu membendung buliran air mata yang terus keluar, kesedihan semakin menyeruak, beberapa kali ia menyeka air mata dengan kerudung yang ia kenakan.

‘’Sudah tidak ada lagi apa apa saya punya, tidak bisa bawa dia ke rumah sakit buat periksa, jadi semampunya saya menjaga dan terus berdoa,’’ papar Andi Niswa.

8 Tahun Berpisah

Andi menjelaskan, ia harus banting tulang sendirian untuk hidup kedua putrinya sejak Susi Susanti berusia 5 bulan dan suaminya meninggal dunia.

Andi Niswa mengaku ia memiliki dua putri yakni Satriani, segera wisuda di bulan Desember 2020 di Fakultas Ekonomi STKIP Bone, dan Susi Susanti.

Kedua putrinya itu selama ini tinggal di Bone ikut saudara.

Baca juga: Hati-hati, Berikut 4 Bahaya Olahraga Lari Pakai Jaket

Andi menyatakan, sempat mencoba peruntungannya dengan memasok pakaian ke Tawau – Malaysia pada 2012.

Kendati demikian, sejak pelabuhan Tawau direnovasi, otoritas setempat menerapkan kebijakan timbang untuk semua barang masuk.

Biaya kirim kian mahal dan tak ada lagi keuntungan, akhirnya ia memutuskan untuk bekerja sebagai buruh ikat rumput laut di Nunukan.

FOLLOW JUGA:

‘’Jadi terakhir saya bertemu anakku itu mungkin 2012, sudah delapan tahunan, paling lihat dari foto yang dikirim lewat HP, begitu jumpa lagi, dia begini (sakit) kondisinya, bagaimana saya tidak menangis?,’’katanya.

Semua biaya kuliah putri pertamanya adalah hasil mabettang. Niswa bekerja cukup keras demi cita-citanya mengantar anaknya menjadi sukses.

Setiap hari ia berjalan kaki ke lokasi kerja di Sei Lancang, yang berjarak sekitar 1 jam berjalan kaki dari tempat tinggalnya di desa Mammolok.

Saat harga rumput laut mahal, dalam sehari ia bisa membawa Rp 100.000, bekerja dari pukul 06.30 Wita sampai 17.00 Wita.

Baca juga: Edhy Prabowo Diciduk KPK, Rocky Gerung Sebut Prabowo sangat Murka Tapi Tak Diperlihatkan

Uang tersebut, ia belanjakan kerupuk, teh gelas dan air mineral untuk dijual di tempatnya mengikat benih rumput laut.

‘’Kadang goreng bakwan dan jalangkote, saya bawa ke lokasi kerja, lumayan bisa buat ikut arisan uangnya,’’ papar Andi Niswa.

Namun kini, tabungannya sudah sama sekali habis, terakhir kali ia mengirimkan uang Rp.8 juta untuk kebutuhan putri pertamanya membayar kuliah, itupun kebetulan ia mendapat uang arisan.

Terkendala Biaya

Ketua RT Marsuki menjelaskan, nama Susi belum tercatat sebagai warga setempat sehingga menjadi kendala dalam pengurusan BPJS untuk meringankan biaya berobat.

"Dia ke Nunukan baru 3 bulan, saat kuliah di Poltek kemarin tinggal di Sei Limau dengan abang iparnya, pas sakit, baru tinggal dengan ibunya, jadi saya bingung bagaimana mengurus BPJS-nya,’’kata Marsuki.

Marsuki juga sudah melihat langsung kondisi Susi Susanti yang memprihatinkan, tubuhnya kurus kering, mata cekung dan terus batuk berdahak. Marsuki mengatakan akan berusaha memberi bantuan untuk sekedar kebutuhan makan keluarga malang ini.

Baca juga: Prabowo Merasa Dikhianati, Rocky Gerung: Edhy Bukan Sekadar Anggota Gerindra, Punya Posisi Unik

Sementara itu, ketua HMJ Administrasi Bisnis Kampus Poltek Nunukan Arman mengatakan, mulai sore ini mahasiswa Poltek sudah mulai bergerak untuk penggalangan dana.

Mereka membuat kotak simpati untuk Susi Susanti dan berdiri di jalan-jalan protokol untuk menggalang dana.

‘’Kita akan meminta pihak kampus mengeluarkan rekomendasi untuk junior kami Susi Susanti, semoga rekomendasi tersebut bisa memudahkan administrasi pengobatan nanti, dan sore ini kami mulai aksi penggalangan dana. Ada sekitar Rp 5 juta sudah kami dapat, kami semua akan mengusahakan biaya pengobatannya,"kata Arman.

Artikel ini telah disarikan dari Kompas dengan judul: "Ummi, Jangan Tinggalkan Saya, Takut Hari Terakhirku Tak Ada yang Temani"

Berita Terkini