Sisi Lain Metropolitan

Cerita Pemulung di Pondok Labu: Selain Mengais Sampah, Raup Untung dari Tangan Dermawan

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana Kampung pemulung di Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan pada Senin (18/1/2021).

"Kalau di jalan pernah ada yang ngasih saya tapi jarang ketimbang pemulung yang bawa anak," tambahnya.

Roimah (37), pemulung lainnya kadang mengajak anaknya untuk turut memulung di jalan.

Menurutnya, saat ini tak bisa mengandalkan sampah di sekitaran kompleks perumahan. 

Penghasilannya per bulan kadang hanya cukup untuk makan. Ia dan suami harus mencari pemasukan lain agar utangnya kepada pelapak bisa lunas.

"Kalau ngandelin di kompleks perumahan sekarang susah. Soalnya pembantu rumah tangga juga ikut ngumpulin. Saking susahnya, sampai saya bawa anak di jalan bantu suami biar cukup buat sehari-hari," ujarnya.

Gali lobang tutup lobang

Para perempuan di Kampung Pemulung Pondok Labu RT 011 RW 009 sehari-hari menyambung hidup dengan mengais sampah.

Menjadi pemulung merupakan cara mereka bertahan hidup meski pendapatannya dari hasil mengangkuti sampah yang teronggok di kota tak menentu.

Salah satu warga Kampung Pemulung, Hasnah (40) sudah akrab dengan sampah. 

Pemandangan di depan rumahnya sehari-hari dipenuhi lautan sampah yang berjibun setiap hari.

Saat ditemui, Hasnah sedang merapikan hasil memulung di tengah bongkahan sampah.

Kedua tangannya sedang mengencangkan tali rafia yang diikat pada tumpukan kardus. 

Janda anak tiga ini juga mengecek sampah yang tersimpan dalam karung goni miliknya.

Plastik dan kardus menjadi sumber pendapatan Hasnah di tengah kehidupan yang muram akibat pandemi Covid-19.

Selama pandemi, pendapatan warga RT 011 RW 009 Pondok Labu tersebut naik turun. Dalam sebulan, ia biasanya menimbang dua kali. 

Halaman
1234

Berita Terkini