Sempat Malu, Eha Putuskan Telanjang Demi Menyelamatkan Diri dari Kecelakaan Bus Maut di Sumedang

Editor: Erik Sinaga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bus Maju Jaya yang terjun ke jurang di Desa dan Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang pada 1 Februari 2012 lalu.

TRIBUNJAKARTA.COM, SUBANG - Walau sempat malu, Eha Nuraeti (55) akhirnya melepaskan pakaiannya.

Pilihan telanjang harus diambil demi menyelamatkan diri dari musibah kecelakaan maut bus di Tanjakan Cae, Wado, Sumedang, Rabu (10/3/2021) malam.

Eha adalah korban selamat dari bus tersebut.
Warga Pasirlaja, Desa Pakuhaji, Kecamatan Cisalak, Subang, ini ikut mendampingi anaknya dalam rombongan ziarah tersebut karena khawatir jika sang anak pergi sendirian.

Eha bercerita tentang bagaimana prosesnya ia bisa selamat.

Baca juga: Korban Kecelakaan Bus di Sumedang Sempat Video Call Keluarga, Sampaikan Permintaan Terakhir

Eha mengaku, sebelum bus tersebut oleng, ia mencium baru hangit kanvas rem.

Ketika salah satu penumpang bertanya kepada sang sopir perihal keadaan mobil tersebut, Eha kaget karena sang sopir berkata rem bus tersebut blong.

Mobil tersebut akhirnya terjungkal ke dasar jurang di Tanjakan Cae, Wado, Sumedang.
Eha bersama para panumpang lain sempat serempak bersalawat seraya berdoa kepada Yang Mahakuasa.

Eha Nuraeti ketika diwawancara Tribun Jabar di rumahnya, Kamis (11/3/2021). Eha menuturkan, ia selamat karena melepaskan bajunya yang terjepit (Tribun Jabar)

Banyak di antara mereka yang mengucap takbir ketila bus tersebut dalam keadaan oleng.

Eha juga mengaku ia tak tahu persis apa yang terjadi pada saat peristiwa itu berlangsung.

Tapi ia menjelaskan secara detail saat ia menyelematkan diri dari bus tersebut.

"Saya terpaksa harus telanjang untuk keluar dari dalam bus. Awalnya saya malu, tapi saat itu juga mati lampu dan keadaan gelap saya buka saja bajunya," ujar Eha ketika diwawancara awak Tribun Jabar di kediamannya, Kamis (11/3/2021).

"Saya waktu itu tengkurap, baju dan kaki terjepit, waktu itu bilang ke si Ujang (keponakan Eha) masa Ibu buka baju telanjang."

Baca juga: Ketua Fraksi Gerindra DPRD DKI Kerap Dapat Laporan Bansos Tunai Covid-19 Disunat Oknum RT/RW

"Kata si Ujang, gak apa-apa buka baju yang penting buka."

"Setelah baju dibuka, saya keluar, tapi gak tau keluarnya ke mana."

"Terus saya lihat ada selimut jok bus, dipake sama saya terus jalan kaki ke rumah warga yang menolong untuk istirahat sambil minta ganti baju," ujar Eha.

Masih diceritakan Eha, ia sendiri awalnya tidak berniat ikut rombongan ziarah.

Baca juga: Sebelum Jadi Korban Kecelakaan Bus di Sumedang, Ibu Ini Terus Lambaikan Tangan saat Video Call Anak

Namun, ia ikut karena khawatir kepada anaknya yang siswa SMP IT Al Muawanah yang saat itu jadi peserta rombongan ziarah.

"Saya khawatir terjadi sesuatu, ada firasat gak enak. Awalnya emang cuma mau nganter Ucup sampai ke depan bus."

"Tapi diajak karena masih ada kursi kosong, akhirnya pulang, siap-siap mandi ikut ke sana," imbuhnya.

Baca juga: Warung Kopi Jadi Tempat Penyerahan Surat Pensiun Sekda Kota Depok, Begini Kronologi Lengkapnya

Eha, yang saat itu hendak pergi ke sawah, akhirnya ikut juga bersama Yusup, putranya, yang ikut ziarah.

Eha, Yusup, dan Ujang termasuk dalam korban selamat pada kecelakaan maut tersebut.
Eha mengatakan, ziarah merupakan kegiatan sekolah yang diadakan pihak sekolah setiap tahunnya.

Eha juga memerinci ongkos ziarah tersebut.

"Siswa yang ikut harus membayar Rp 350 ribu. Kalau orang tua pendamping yang ikut bayar Rp 250 ribu."

"Kalau gak ikut siswa tetap harus bayar Rp 100 ribu untuk biaya komputer," katanya.

Baca juga: Guru Muda Korban Kecelakaan Bus di Sumedang Sempat Dilarang Ibu Berangkat, Mengeluh Tangannya Kaku

Lambaian Terakhir Korban Tewas Kecelakaan Bus di Sumedang...

Lia, warga Desa Pakuhaji, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang, mengungkapkan, ibu dan dua keponakannya menjadi korban tewas kecelakaan bus di Jalan Raya Sumedang-Malangbong, Tanjakan Cae, Desa Sukajadi, Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang, Rabu (10/3/2021) malam.

Ibunya bernama Amot (64) dan dua keponakannya bernama Dinda Khoirunisa (15) dan Lidia Nur Hidayati (15). 

Baca juga: Jhoni Allen Ungkap Alasan Tunjuk Moeldoko Sebagai Ketua Umum Partai Demokrat Versi KLB

Ketiganya diketahui pergi berziarah ke Pamijahan, Tasikmalaya, bersama rombongan dari SMP IT Al Muaawanah dengan menaiki bus.
Sebelum kecelakan terjadi, Lia melakukan video call bersama ibu dan dua keponakannya.

"Enggak nyangka itu dadah (lambaian) terakhir, dia terus dadah-dadah ketika video call," ujar Lia di sela pemakaman, Kamis (11/3/2021).

Jasad Amot dan Lidia dimakamkan lebih dulu. Sedang jenazah Dinda belum sampai di Subang.
Lima jenazah

Ambulans mulai berdatangan ke Desa Pakuhaji sejak pukul.07.30 WIB, Kamis. Dalam satu rombongan terdiri dari lima jenazah yang dipulangkan dari RSUD Sumedang.

Kedatangan jenazah disambut isak tangis keluarga.

Baca juga: Gara-gara Acungkan Jari Tengah, Remaja di Tambun Bekasi Berkelahi hingga Berujung Pembacokan

 
Usai dishalatkan, jenazah dibawa oleh keluarga untuk dimakamkan. Ada yang dimakamkan di pemakaman umum ada pula di pemakaman keluarga.

Sebelumnya diberitakan, 63 siswa SMP IT Al Muawwanah, Cisalak, menggelar study tour dan ziarah di Pamijahan, Tasikmalaya, Rabu (10/3/2021) dengan menggunakan bus PO Sri Padma Kencana dengan nomor polisi T 7591 TB.
Namun, bus mengalami kecelakaan di Tanjakan Cae.

Diduga sopir bus tak mengenal medan di tanjakan yang dikenal ekstrem tersebut.
Bus dilaporkan sempat oleng, lalu terjun ke jurang sedalam belasan meter.

Kepala Seksi Operasi dan Siaga Basarnas Bandung Supriono mengatakan, bus tersebut memiliki 63 kursi.

Namun korban yang ditemukan 66 orang. Rinciannya 27 orang tewas dan 39 orang selamat.

Berita ini telah tayang di Tribun Jabar berjudul:
Eha Nuraeti Menyelamatkan Diri dalam Kecelakaan Maut di Sumedang dengan Cara Telanjang

dan

Lambaian Terakhir Korban Tewas Kecelakaan Bus di Sumedang...

Berita Terkini