Ziarah Makam

Berkeliling di Masjid Jami Al Anwar: Ada Makam Pendiri Masjid Tertua di Jakarta Timur

Penulis: Nur Indah Farrah Audina
Editor: Wahyu Septiana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Makam Datuk Ali dan Makam Datuk Umar yang ada di dalam Masjid Jami Al Anwar, Jatinegara, Jakarta Timur

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, JATINEGARA - Nama Masjid Jami Al Anwar pastinya sudah tak asing bagi warga Jatinegara, terutama mereka yang tinggal di kawasan Rawa Bunga.

Masjid Jami Al Anwar terletak di Jatinegara, Jakarta Timur.

TONTON JUGA

Meski tak terlalu besar, nyatanya Masjid Jami Al Anwar ini sudah berumur ratusan tahun dan telah mengalami beberapa kali pemugaran.

Kemungkinan hadir sebelum tahun 1700-an, rupanya ada dua makam di dalam masjid ini.

Pencerita sejarah Masjid Jami Al Anwar, Muhammad Rasyid menuturkan dua makam tersebut merupakan makam Datuk Ali bin Datuk Umar serta makam Datuk Umar bin Datuk Ibrahim.

Makam Datuk Ali dan Makam Datuk Umar yang ada di dalam Masjid Jami Al Anwar, Jatinegara, Jakarta Timur (TRIBUNJAKARTA.COM/NUR INDAH FARRAH)

Datuk Umar merupakan perintis pertama masjid ini hadir di tengah masyarakat.

"Ya ada dua makam, makam Datuk Ali dan makam Datuk Umar. Datuk Ali merupakan perintis pertama pembangunan masjid," jelasnya kepada TribunJakarta.com, Selasa (20/4/2021).

Baca juga: Cegah Warga Mudik Lebaran, Begini Siasat Pemprov DKI Jakarta: Pos Penyekatan Dijaga Ketat

Baca juga: Dikabarkan Meninggal Dunia: Kondisi Terkini Hingga Reaksi Ustaz Zacky Mirza Dengar Berita Hoaks

Baca juga: Puasa Tapi Tak Mengerjakan Salat Lima Waktu, Sahkah Puasanya? Simak Penjelasannya

Dulunya, jelas Rasyid, masjid ini bukanlah bernama Masjid Jami Al Anwar.

Namun seiring banyaknya ulama yang datang untuk menyiarkan agama islam di masjid, maka nama masjid akhirnya menjadi Masjid Jami Al Anwar.

"Al Anwar sendiri lebih kurang baru 100 tahun lalu. Itu ada seorang ulama namanya Al Anwar, itu gurunya KH Marzuki Bin Nirshod. Itu pendekar ulama Rawabangke," jelasnya.

Hingga kini, makam Datuk Ali dan Datuk Umar masih terus didatangi peziarah.

Baca juga: Dikabarkan Meninggal Dunia: Kondisi Terkini Hingga Reaksi Ustaz Zacky Mirza Dengar Berita Hoaks

Meski letaknya di dalam areal masjid, namun jumlah peziarah yang datang diakui hingga dari mancanegara.

Sebagian besar bangunan berusia ratusan tahun

Suasana tempo dulu yang masih hutan dan sawah, membuat jarak antar rumah penduduk berjauhan.

TONTON JUGA

Hingga akhirnya para ulama di masa itu mencetuskan untuk menghadirkan sebuah masjid sederhana untuk masyarakat beribadah.

"Jadi menurut dokumen yang pernah saya tahu dari peninggalan KH Abdul Salam Bin Hasni bin Husen Bin Adnan renovasi yang ke-10 saja 1930-1934. Itu zaman Belanda. Masjid ini sudah ada tahun 1700-an dan kemungkinan juga sebelum itu," katanya.

Baca juga: Link Live Streaming & Prediksi Line Up Persija Jakarta Vs Persib Bandung Leg Pertama Kamis 22 April

Setelah melalui kesepakatan bersama, akhirnya para warga desa melakukan urunan atau patungan untuk menyumbangkan pondasi masjid.

Sekiranya ada 12 desa pada masa itu yang menyumbangkan 12 tiang kayu jati asli Jawa Timur.

"Tiang 12 ini asli. Jadi dulu satu desa urunan satu tiang. Itu kayu jati dari Jawa Timur. Jadi masjid ini sudah sangat tua sekali. Aslinya tiang 12, dibangun oleh 12 desa," lanjutnya.

Selanjutnya, enam pintu kayu di bagian samping masjid juga merupakan bangunan asli.

TONTON JUGA

Sementara mimbar yang digunakan untuk khutbah juga masih asli sejak masjid ini berdiri.

"Jadi masih ada lagi yang merupakan bangunan asli. Mimbar ini sudah berumur ratusan tahun dan 6 pintu di samping masjid itu masih asli," ucapnya.

Masjid tertua di Jakarta Timur

Menjadi masjid satu-satunya masjid pada masa itu, Rasyid mengklaim Masjid Jami Al Anwar sebagai masjid tertua di kawasan Jakarta Timur.

Keberadaannya yang diperkirakan sebelum tahun 1700-an membuat masjid ini sentral dakwah pertama di Jakarta Timur.

Masjid Jami Al Anwar yang ada di Kelurahan Rawa Bunga, Jatinegara, Jakarta Timur. Pondasi, pintu dan mimbar di masjid ini berusia ratusan tahun dari masa penjajahan Belanda (TRIBUNJAKARTA.COM/NUR INDAH FARRAH AUDINA)

"Ini sentral dakwah. Untuk Jakarta Timur ini masjid tertua. Dari 1700-an. Sebelumnya juga kemungkinan sudah ada," jelasnya.

Oleh sebab itu, banyak ulama yang datang silih berganti di masjid ini untuk mensyiarkan agama islam.

"Tahun 50-an enggak ada Jakarta Timur adanya Jakarta Selatan Dua. Jadi dulu dibangun dan sederhana aja, seperti Masjid Demak karena ini memang Betawi, Demak dan Banten satu guru," jelasnya.

Baca juga: Cegah Warga Mudik Lebaran, Begini Siasat Pemprov DKI Jakarta: Pos Penyekatan Dijaga Ketat

"Kemungkinan dibangun oleh keturunan atau trah-trah, baik Sultan Banten maupun Cirebon. Sampai tahun 60-an orang dari mana-mana, seperti Cawang, Kayu Manis, Pulogadung salatnya di sini," tandasnya.

(TribunJakarta/Nur Indah Farrah)

Berita Terkini