TRIBUNJAKARTA.COM - Kapal selam KRI Nanggala 402 hilang kontak di sekitar perairan utara Bali.
Kapal selam buatan Jerman tahun 1979 itu dilaporkan hilang kontak pada Rabu 21 April 2021 sekitar pukul 03.00 Wita.
KRI Nanggala 402 sedianya akan ikut latihan penembakan rudal di laut Bali, Kamis 22 April 2021 hari ini.
Latihan akan dihadiri Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono.
KRI Nanggala 402 telah resmi menjadi bagian dari alat utama sistem pertahanan (alutsista) Indonesia sejak Oktober 1981.
KRI Nanggala 402 merupakan satu dari dua kapal selam tua buatan industri Howaldt Deutsche Werke (HDW), Kiel, Jerman Barat.
Pengadaan kedua kapal selam itu, tak lepas dari keinginan Indonesia untuk kembali memperkuat kekuatan laut pada 1981.
Kekuatan kapal selam ini juga tak diragukan. Kapal ini mengandalkan mesin diesel elektrik.
Kapal tua ini mampu melaju dengan kecepatan lebih kurang 25 knot.
Usai overhaul, KRI Nanggala-402 telah dilengkapi sonar teknologi terkini.
Kapal ini pun dilengkapi persenjataan mutakhir. Di antaranya torpedo dan persenjataan lain.
Julukan KRI Nanggala 402 pun tak main-main. Kapal selam ini dijuluki sebagai monster bawah laut.
Julukan ini bermula saat latihan operasi laut gabungan pada 8 April-2 Mei 2004.
KRI Nanggala 402 menunjukkan kemampuannya menembakkan torpedo.
Baca juga: Mengenal Sekilas Kapal Selam KRI Nanggala 402, Hilang Kontak Diduga Masuk Palung Sedalam 700 Meter
Kala itu, KRI Nanggala-402 berhasil menenggelamkan KRI Rakata yang dijadikan sebagai sasaran tembak dalam latihan.
Komentar Anggota Komisi I DPR
Anggota Komisi I DPR RI, Dave Laksono, ikut menyoroti hilangnya kapal selam TNI Angkatan Laut, KRI Nanggala 402, pada Rabu (21/4/2021) dini hari.
Menurut Dave, pihaknya menyoroti mengenai kelayakan dari KRI Nanggala 402 ini.
Pasalnya, kapal selam ini telah berusia tua, yakni sekitar 42 tahun.
Sementara, batas aman dari operasional kapal selam diketahui sekitar 20-30 tahun.
"Ini tentu ada penilaian dari TNI, kenapa kapal yang usianya hampir 42 tahun masih dioperasionalkan di kedalaman yang cukup dalam," kata Dave, dikutip dari tayangan Kompas TV, Kamis (22/4/2021).
Dave menilai, TNI AL memiliki perhitungan tertentu untuk mengetahui kemampuan kapal selam melakukan operasional militer.
Satu di antaranya adalah terkait perawatannya yang baik.
"Tentu ada pehitungan yang dianggap masih mampu, tapi itu berkaitan dengan perawatannya."
"Bila kapal itu memang dirawat dengan baik ,maka sanggup untuk dioperasikan lebih lama," ungkap Dave.
Anggota DPR dari Fraksi Golkar ini lantas membandingkan dengan usia kapal terbang yang tetap layak digunakan meski berusia lebih dari 50 tahun.
"Yang lebih penting dari masalah umur itu kondisi kapalnya itu sendiri."
"Karena banyak kapal terbang yang usianya lebih dari 50 tahun tapi yang paling utama adalah perawatannya," ujarnya.
Kendati demikian, Dave menyebut, cepat atau lambat kondisi kapal selam pasti akan mengalami kerusakan karena memang sudah umurnya.
Untuk itu, ia mengingatkan agar tidak memaksa penggunakan kapal selam yang kondisinya kurang layak untuk digunakan.
"Memang segala sesuatu ada umurnya, dan yang bisa menilai itu TNI AL sendiri apakah masih layak dan mampu."
"Karena mengingat kapal itu 100 persen besi dan masuk ke dalam air laut."
"Kalau tidak layak ya sebaiknya jangan dipaksa untuk melakukan operasi militer di kedalaman yg dalam," tegas Dave.
Di sisi lain, Dave juga menyoroti terkait minimnya kapal selam yang dimiliki oleh Indonesia.
Diketahui, KRI Nanggala-402 aktif melakukan sejumlah misi penegakan kedaulatan, hukum, dan keamanan di laut.
Sebelumnya, kapal selam ini sempat menjalani perawatan di galangan kapal Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering, Korea Selatan, pada 2009-2012.
Kapal selam ini memiliki berat 1.395 ton dengan dimensi 59,5 meter x 6,3 meter x 5,5 meter.
KRI Nanggala merupakan satu dari lima kapal selam yang dimilik Indonesia.
Dikutip dari majalah TNI yang diunggah dari laman resmi TNI AL, KRI Nanggala 402 merupakan kapal selam Tipe 209/1300 buatan Jerman.
Kapal selam ini kali pertama tiba di Surabaya dari Jerman pada 8 Oktober 1981 atau 40 tahun lalu.
Pada 28 Agustus 1981, kapal ini resmi diberi nama KRI Nanggala berdasarkan Surat Keputusan Kasal dengan nomor Skep/2902/IX/1981 tertanggal 26 Agustus 1981 tentang penetapan KRI Nanggala, nomor lambung KRI Nanggala adalah 402 sebagai kapal perang organik armada RI.
Kapal selam ini kemudian diresmikan sebagai KRI oleh Menhamkam/Pangab saat itu, Jenderal TNI M Yusuf di dermaga Mudara Ujung Surabaya pada 21 Oktober 1981.
Komandan pertama kapal ini adalah Letnan Kolonel Laut (P) Armanda Aksya.
Kapal selam ini merupakan kapal selam kedua yang didatangkan dari Jerman.
Sebelumnya, kapal type yang sama dari Jerman tiba di Indonesia pada 4 Juli 1981 dan kemudian diberi nama KRI Cakra 401.
Baca juga: Kapal Selam KRI Nanggala Hilang Kontak: Tumpahan Minyak Ditemukan
Dua kapal dari Jerman ini menambah armada kapal selam Indonesia yang sebelumnya berasal dari Uni Soviet yakni Kapal selam kelas Whiskey.
Saat TNI masih mencari kapal selam KRI Nanggala 402 tersebut di 60 mil dari Pulau Bali.
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto pun ikut melakukan pencarian dengan mendatangi lokasi hilangnya kapal sela mini.
"(TNI mengerahkan) Helikopter dan KRI yang punya kemampuan deteksi bawah air," kata Hadi saat dikonfirmasi Tribun melalui panggilan telepon.
Kamis 22 April 2021 Panglima TNI sudah bertolak ke lokasi dengan naik helicopter dari Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali.
Panglima mengatakan ada 53 personel di dalam kapal selam Nanggala 402.
"49 ditambah ada komandan kapal ini, ada yang ikut 3 dari arsenalnya," kata Hadi.
Hadi berharap, kapal selam tersebut masih bisa ditemukan.
Saat ini, TNI tengah mengerahkan berbagai kapal perang menuju ke tempat kejadian.
Selain itu, Indonesia telah meminta bantuan Singapura dan Australia yang memiliki kapal penyelamat kapal selam.
Ada dugaan, kapal itu kini berada di palung di kedalaman 700 meter. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribun-Bali.com dengan judul Menguak Kekuatan KRI Nanggala 402, Dilengkapi Persenjataan Mutakhir, Dijuluki Monster Bawah Laut