"Di situ agak khawatir sih ya cuma karena niat menolong, apalagi pasiennya memang punya penyakit komorbit. Makanya diberanikan aja," lanjutnya.
Baru beberapa menit berjalan, ia melaporkan bibirnya mulai mati rasa. Gigitan kecil pada bibirnya tak ia rasakan dan dokter segera memberikan vitamin C 1000 mg untuk dirinya.
Baca juga: Pegawai Pemkot Tangsel yang Terpapar Covid-19 Diimbau Donor Plasma Konvalesen
Baca juga: Euro 2020 - Timnas Inggris Harus Berani Menguasai Bola Jika Ingin Kalahkan Jerman
Baca juga: Cara Konsumsi Bawang Putih Setiap Pagi, Cek Sederet Manfaatnya: Meningkatkan Imunitas Loh
"Efek selanjutnya enggak ada. Tapi memang pas donor itu aja bibir rasanya mati rasa," paparnya.
Akhirnya, setelah itu ia terus menanyakan pasien yang ditolongnya.
Kabar baik, pihak keluarga mengabarkan bahwa orang tua mereka sudah dinyatakan negatif covid dan diperbolehkan pulang pascaseminggu donor plasma konvalesen dilakukan.
"Saya masih kabar-kabaran ya. Alhamdulillah ibunya sembuh. Namun sebulan kemudian saya diberitahu wafat atau tutup usia karena pembekuan darah di kepala," ungkapnya.
Sejak saat itulah ia merasakan pentingnya mendonorkan plasma konvalesen.
Meski tak semua orang bisa mendonorkan, ia merasa alangkah baiknya untuk mencoba ketika pasien covid membutuhkan donor plasma konvalesen.
"Sejak saat itu saya mengatakan kepada rekan saya yang baru sembuh untuk bisa mencoba donor. Saya jelaskan pengalaman saya dan alhamdulillah beberapa diantaranya termotivasi. Bahkan mereka sudah ikut mendonorkan," tandasnya.