Sisi Lain Metropolitan

Penghasilan Merosot Imbas PPKM di Jakarta, Warkop Hendrik Sepi Pembeli hingga Jarang Cuci Panci

Penulis: Nur Indah Farrah Audina
Editor: Wahyu Septiana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Hendrik, pemilik warkop di Jalan Mini III, Cipayung, Jakarta Timur, Selasa (27/7/2021)

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, CIPAYUNG - Sejak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) diperpanjang, Hendrik (30) , pemilik warung kopi keluhkan sepinya pembeli.

Demi menekan mobilitas masyarakat keluar rumah dan menurunkan angka kasus aktif Covid-19, pemerintah telah menerapkan PPKM Darurat di Jawa dan Bali sejak tanggal 3-20 Juli 2021.

TONTON JUGA

Kemudian dilanjut dengan PPKM level 3 dan 4 sejak tanggal 21 Juli sampai 2 Agustus 2021.

Imbasnya, sejumlah pedagang mikro menjerit meski adanya pelonggaran peraturan saat ini.

Hendrik contohnya.

Hendrik, pemilik warkop di Jalan Mini III, Cipayung, Jakarta Timur, Selasa (27/7/2021) (TRIBUNJAKARTA.COM/NUR INDAH FARRAH)

Lelaki 30 tahun ini telah merintis usaha warung kopi atau warkop sejak tahun 2007.

Ia merintis usaha tersebut dengan bermodalkan uang yang ditabungnya selama beberapa tahun.

Baca juga: Persija Permalukan Persib di Final Piala Menpora 2021, Riko Simanjuntak Buat Pengakuan Mengejutkan

Nekat mengadu nasib dari Kuningan ke Ibu Kota, ia berhasil mendirikan usaha warkop yang cukup terkenal di sekitaran Komplek Padepokan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), tepatnya di Jalan Mini III, Cipayung, Jakarta Timur.

"Tadinya buka di bawah di tahun 2007. Alhamdulillah di sini ada kontrakan kosong dan pindah di tahun 2008 sampai sekarang," katanya kepada TribunJakarta.com, Selasa (27/7/2021).

Lokasi yang strategis dan tepat di sebrang Puskesmas Kelurahan Bambu Apus II, membuat pelanggannya silih berganti setiap hari.

TONTON JUGA

Untuk di jajaran pegawai Puskesmas, nama Hendrik cukup tersohor lantaran tiap jam makan siang tiba, warkopnya kerap mendapatkan banyak pesanan dari para pegawai.

"Di sini ada macam-macam ya. Mi pakai telur ada, bubur kacang hijau ada, es jeruk, es teh dan minuman lainnya juga ada."

"Ya biasanya kalau jam makan siang laris sama pegawai Puskesmas aja karena dekat kan," sambungnya.

Sayangnya, sejak pandemi melanda warkopnya mulai kehilangan pembeli secara satu persatu.

Baca juga: Ketahui Cara Isolasi Mandiri di Rumah, Ini Tandanya Pasien Isoman Dinyatakan Sembuh

Tanpa menyerah, ia terus mengembangkan usaha dengan semangat yang menggebu.

Langkah pertama yang diambilnya dengan mendaftarkan usaha ke aplikasi online.

Sehingga pembelinya bisa memesan via aplikasi ketika takut untuk keluar rumah.

Sebulan pertama, ia mengaku masih sepi pesanan atau orderan via aplikasi.

Nama warkopnya belum banyak dikenal orang dan saingan warkop lainnya diakui Hendrik juga banyak.

TONTON JUGA

Namun akhirnya berbuah manis pada bulan kedua, pesanan via aplikasi mulai berdatangan dan ia bisa bertahan di awal-awal pandemi.

"Ya alhamdulillah di awal pandemi masih ada aja yang beli."

"Modal masih bisa diputarlah istilahnya. Pesanan mi juga masih ada. Tiap hari masih masak mi," ungkapnya.

Lambat laun, daya beli semakin menurun seiring lonjakan kasus covid dan banyak pekerja yang PHK.

Anak-anak muda yang biasa nongkrong di warungnya semakin berkurang.

Baca juga: Tolak Gabung Persija Demi Perkuat Tim Spanyol, Pemain Muda Indonesia Ini Sudah Berkelana di Eropa

"Ya mungkin mereka juga mau ke sini uangnya nggak ada."

"Ya ketimbang ke sini mending ngopi di rumah aja kan. Mulai sepi makin ke sini," ucapnya.

Klimaksnya, kata Hendrik, ketika penerapan PPKM Darurat.

Pembeli yang datang benar-benar sepi dan bisa dihitung dengan jari.

TONTON JUGA

"Nggak mau nyerah saya di situ. Akhirnya saya layani pembelian via WhatsApp."

"Sedikit atau banyak tetap saya antar. Kalau enggak begitu ya mana ada pembelinya."

"Mau putar modal juga bingung," jelasnya.

Mirisnya, selama perpanjangan PPKM ia mengaku jarang mencuci panci mi.

Hal ini lantaran tak ada sama sekali pembeli yang memesan mi.

"Ini benar-benar sulit ya. Selama PPKM itu saya udah jarang cuci panci."

Baca juga: 2 Ganda Putra Indonesia Masih Bertahan di Olimpiade, Ini Lawan yang Dihadapi Minions & The Daddies

"Gimana mau cuci panci, yang beli mi juga nggak ada."

"Ini aja nunggu yang datang beli kopi aja bisa dua jam baru ada," jelasnya.

"Kan katanya sekarang boleh makan tapi 20 menit."

"Ya kalau di warkop saya belum efektif, karena yang belinya juga enggak ada."

Hendrik, pemilik warkop di Jalan Mini III, Cipayung, Jakarta Timur, Selasa (27/7/2021) (TRIBUNJAKARTA.COM/NUR INDAH FARRAH)

"Ya tapi memang harus semangat."

"Gak gulung tikar juga udah syukur alhamdulillah, karena memang sikonnya masih begini kan," tandasnya.

Berita Terkini